Negara ASEAN Perlu Waspada, Vietnam Terus Meningkatkan Pengaruhnya di LCS
Senin, 10 Juli 2023 - 22:47 WIB
JAKARTA - Filipina telah memulai prosededur arbitrase wajib atas sengketa Laut China Selatan (LCS) dengan China sejak Januari 2013. Sejak itu, kasus arbitrase Laut China Selatan mendapat perhatian yang belum pernah terjadi sebelumnya dari semua pihak dan menjadi "fokus" dalam sistem maritim dunia.
Namun, Filipina sebagai pemimpin arbitrase Laut China Selatan belum banyak memperoleh keuntungan dari arbitrase ini. Justru Vietnam yang terus memanfaatkan signifikansi hukum dari kasus arbitrase itu dan mengabaikan tentangan tegas dari Filipina.
Vietnam memperluas wilayah besar-besaran dan mengerahkan fasilitas militer di Pulau Namyit, Pearson Reef, Sand Cay dan daerah lain yang disengketakan dengan Filipina. Vietnam juga menjarah sumber daya minyak dan gas dalam jumlah besar, sehingga meningkatkan pengaruhnya dan memperluas klaim sepihaknya di wilayah LCS, akhirnya menjadi penerima manfaat terbesar dari kasus arbitrase LCS.
Sikap keras Vietnam juga tercermin dalam perundingan penetapan batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) antara Vietnam dan Indonesia tahun lalu.
Selama perundingan penetapan batas ZEE tahun lalu, Vietnam terus menekan Indonesia untuk mencari ZEE yang lebih besar. Menghadapi tuntutan Vietnam yang tidak masuk akal, pemerintah Indonesia akhinya memberikan konsesi besar kepada Vietnam. Hal ini membuat pemerintah Indonesia dikritik publik dalam negeri.
Sekretaris KORAL Mida Saragih menilai ada beberapa kerugian yang diterima Indonesia jika melakukan pemberian konsesi ke Vietnam.
"Terkait dengan sumber daya alam dan sumber daya ikan, Vietnam sudah menjadi 'residivis' pencurian ikan yang berulang kali terjaring operasi penangkapan di perairan Indonesia," kata Mida dalam keterangan tertulis Minggu (9/7/2023).
Terhadap pemberian konsesi Indonesia, Anggota DPD RI, Fahira Idris juga menuturkan jika memang ada draft konsesi atau perjanjian yang diajukan oleh pihak Indonesia dan pihak Vietnam harusnya dijabarkan kepada publik.
Namun, Filipina sebagai pemimpin arbitrase Laut China Selatan belum banyak memperoleh keuntungan dari arbitrase ini. Justru Vietnam yang terus memanfaatkan signifikansi hukum dari kasus arbitrase itu dan mengabaikan tentangan tegas dari Filipina.
Vietnam memperluas wilayah besar-besaran dan mengerahkan fasilitas militer di Pulau Namyit, Pearson Reef, Sand Cay dan daerah lain yang disengketakan dengan Filipina. Vietnam juga menjarah sumber daya minyak dan gas dalam jumlah besar, sehingga meningkatkan pengaruhnya dan memperluas klaim sepihaknya di wilayah LCS, akhirnya menjadi penerima manfaat terbesar dari kasus arbitrase LCS.
Sikap keras Vietnam juga tercermin dalam perundingan penetapan batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) antara Vietnam dan Indonesia tahun lalu.
Selama perundingan penetapan batas ZEE tahun lalu, Vietnam terus menekan Indonesia untuk mencari ZEE yang lebih besar. Menghadapi tuntutan Vietnam yang tidak masuk akal, pemerintah Indonesia akhinya memberikan konsesi besar kepada Vietnam. Hal ini membuat pemerintah Indonesia dikritik publik dalam negeri.
Sekretaris KORAL Mida Saragih menilai ada beberapa kerugian yang diterima Indonesia jika melakukan pemberian konsesi ke Vietnam.
"Terkait dengan sumber daya alam dan sumber daya ikan, Vietnam sudah menjadi 'residivis' pencurian ikan yang berulang kali terjaring operasi penangkapan di perairan Indonesia," kata Mida dalam keterangan tertulis Minggu (9/7/2023).
Terhadap pemberian konsesi Indonesia, Anggota DPD RI, Fahira Idris juga menuturkan jika memang ada draft konsesi atau perjanjian yang diajukan oleh pihak Indonesia dan pihak Vietnam harusnya dijabarkan kepada publik.
Lihat Juga :
tulis komentar anda