HRW Ungkap Bukti Baru Ukraina Gunakan Ranjau Darat Terlarang

Jum'at, 30 Juni 2023 - 15:12 WIB
Insinyur tempur pasukan pro-Rusia menjinakkan ranjau darat anti-personil PMF-1 Lepestok di jalan di Donetsk, 31 Juli 2022. Foto/REUTERS
WASHINGTON - Human Rights Watch (HRW) mengatakan pada Jumat (30/6/2023) bahwa mereka menemukan bukti baru tentang penggunaan ranjau darat anti-personil yang dilarang oleh pasukan Ukraina.

Kelompok tersebut meminta pemerintah Ukraina untuk menindaklanjuti dengan komitmen yang dibuat awal bulan ini untuk tidak menggunakan senjata semacam itu.

HRW menyelidiki dugaan penggunaannya dan meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab.



“Janji pemerintah Ukraina untuk menyelidiki penggunaan ranjau anti-personil terlarang oleh militernya adalah pengakuan penting atas tugasnya untuk melindungi warga sipil,” ujar Steve Goose, direktur senjata Human Rights Watch.

HRW mengatakan telah berbagi temuannya dengan pemerintah Ukraina dalam surat Mei yang tidak mendapat tanggapan.



Kedutaan Besar Ukraina di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Ukraina pada tahun 2005 meratifikasi perjanjian internasional tahun 1997 yang melarang ranjau semacam itu dan mengamanatkan penghancuran stok senjata itu.

Rusia tidak bergabung dalam perjanjian itu. “Penggunaan ranjau anti-personil melanggar hukum kemanusiaan internasional… karena ranjau itu pada dasarnya tidak pandang bulu,” papar laporan itu.

Ranjau anti-personil diledakkan oleh kehadiran, kedekatan, atau kontak seseorang dan dapat membunuh serta melukai orang jauh setelah konflik berakhir.

Sejak invasi Rusia pada Februari 2022, HRW telah menerbitkan empat laporan yang mendokumentasikan penggunaan 13 jenis ranjau anti-personil oleh pasukan Rusia yang membunuh dan melukai warga sipil.

Laporan baru tersebut merupakan tindak lanjut dari laporan Januari bahwa tentara Ukraina menembakkan roket yang menyebarkan ribuan ranjau PMF-1 di daerah yang diduduki Rusia di dalam dan sekitar kota timur Izium antara April dan September 2022, ketika pasukan Kiev merebutnya kembali.

Laporan terbaru mengatakan bukti baru penggunaan ranjau anti-personil pasukan Ukraina pada tahun 2002 berasal dari foto-foto yang diposting online oleh seseorang yang bekerja di Ukraina timur yang menunjukkan bagian hulu ledak roket 220 mm Uragan.

“Roket itu masing-masing menembakkan 312 ranjau anti-personil PFM-1S tanpa pandang bulu,” papar laporan itu.

Analisis tulisan tangan pada satu hulu ledak menentukan bahwa kata pertama adalah bahasa Ukraina untuk "dari", sedangkan kata alfabet Latin kedua terkait dengan organisasi di Kiev, yang tidak teridentifikasi dalam laporan tersebut.

Orang yang mengepalai organisasi tersebut, juga tidak diketahui identitasnya, memposting di media sosial, “Menunjukkan bahwa mereka telah menyumbangkan dana kepada militer Ukraina melalui organisasi non-pemerintah (LSM).”

Foto-foto hulu ledak Uragan yang diposting secara online berisi pesan yang ditulis dalam bahasa Ukraina dikaitkan dengan kelompok berbeda yang berbasis di Ukraina, menurut laporan itu.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More