Pria Rusia Bakar Al-Qur'an, Ini Respons Keras Vladimir Putin
Sabtu, 17 Juni 2023 - 15:01 WIB
MOSKOW - Seorang pria Rusia ditahan pihak berwenang kota Volgograd sejak bulan lalu setelah membakar salinan Al-Qur'an di depan sebuah masjid. Presiden Vladimir Putin bereaksi keras dengan mengatakan tersangka harus menjalani hukuman di wilayah federasi yang mayoritas Muslim.
Pria pembakar salinan Al-Qur'an itu bernama Nikita Zhuravel. Tindakan yang direkam tersebut memicu kemarahan di Rusia, khususnya di wilayah otonomi Republik Chechnya yang mayoritas Muslim, di mana ribuan orang memprotes penistaan kitab suci.
Zhuravel dilaporkan telah dibawa ke pusat penahanan pra-sidang di Grozny, Ibu Kota Chechnya.
"Mereka akan menjalani hukumannya, seperti yang dinyatakan oleh Menteri Kehakiman, di tempat-tempat perampasan kebebasan yang terletak di salah satu wilayah Rusia dengan populasi mayoritas Muslim," kata Putin seperti kantor berita TASS.
Komentar Putin muncul saat pertemuan dengan komisaris militer.
Menurut laporan The Moscow Times, Jumat (16/6/2023), pengacara dan aktivis telah memperingatkan bahwa keputusan untuk mentransfer kasus Zhuravel ke penyelidik Chechnya menempatkannya pada risiko penyiksaan atau bahkan kematian.
Komite Investigasi Rusia mengeklaim bahwa tersangka mengaku telah bertindak dengan imbalan pembayaran 10.000 rubel dari badan intelijen Ukraina.
Menyusul insiden tersebut, Menteri Kehakiman Rusia Konstantin Chuichenko mengusulkan: "Setelah putusan dijatuhkan, orang yang melakukan kejahatan harus dikirim untuk menjalani hukumannya di salah satu lembaga pemasyarakatan yang terletak di wilayah dengan mayoritas penduduk Muslim."
Putusan atas kasus Zhuravel belum dijatuhkan, meski situs web Caucasian Knot mengutip seorang pengacara, Galina Tarasova, yang menjelaskan bahwa menurut undang-undang, kasus pidana harus diselidiki di tempat kejahatan dilakukan.
Sementara itu, pengacara lain; Ekaterina Vanslova, mengatakan: "Pria itu dikirim ke wilayah di mana, karena keadaan kasus ini dan kekhususan wilayah tersebut, ada risiko penyiksaan yang wajar dan bahkan risiko nyawa Zhuravel."
Awal tahun ini, Rusia mengecam pembakaran salinan Al-Qur'an di Ibu Kota Swedia, Stockholm, oleh Rasmum Paludan, seorang pemimpin partai sayap kanan, dalam langkah provokatif yang juga menuai kecaman, menyerukan boikot, dan protes di seluruh dunia Muslim.
Pria pembakar salinan Al-Qur'an itu bernama Nikita Zhuravel. Tindakan yang direkam tersebut memicu kemarahan di Rusia, khususnya di wilayah otonomi Republik Chechnya yang mayoritas Muslim, di mana ribuan orang memprotes penistaan kitab suci.
Zhuravel dilaporkan telah dibawa ke pusat penahanan pra-sidang di Grozny, Ibu Kota Chechnya.
"Mereka akan menjalani hukumannya, seperti yang dinyatakan oleh Menteri Kehakiman, di tempat-tempat perampasan kebebasan yang terletak di salah satu wilayah Rusia dengan populasi mayoritas Muslim," kata Putin seperti kantor berita TASS.
Komentar Putin muncul saat pertemuan dengan komisaris militer.
Menurut laporan The Moscow Times, Jumat (16/6/2023), pengacara dan aktivis telah memperingatkan bahwa keputusan untuk mentransfer kasus Zhuravel ke penyelidik Chechnya menempatkannya pada risiko penyiksaan atau bahkan kematian.
Komite Investigasi Rusia mengeklaim bahwa tersangka mengaku telah bertindak dengan imbalan pembayaran 10.000 rubel dari badan intelijen Ukraina.
Menyusul insiden tersebut, Menteri Kehakiman Rusia Konstantin Chuichenko mengusulkan: "Setelah putusan dijatuhkan, orang yang melakukan kejahatan harus dikirim untuk menjalani hukumannya di salah satu lembaga pemasyarakatan yang terletak di wilayah dengan mayoritas penduduk Muslim."
Putusan atas kasus Zhuravel belum dijatuhkan, meski situs web Caucasian Knot mengutip seorang pengacara, Galina Tarasova, yang menjelaskan bahwa menurut undang-undang, kasus pidana harus diselidiki di tempat kejahatan dilakukan.
Sementara itu, pengacara lain; Ekaterina Vanslova, mengatakan: "Pria itu dikirim ke wilayah di mana, karena keadaan kasus ini dan kekhususan wilayah tersebut, ada risiko penyiksaan yang wajar dan bahkan risiko nyawa Zhuravel."
Awal tahun ini, Rusia mengecam pembakaran salinan Al-Qur'an di Ibu Kota Swedia, Stockholm, oleh Rasmum Paludan, seorang pemimpin partai sayap kanan, dalam langkah provokatif yang juga menuai kecaman, menyerukan boikot, dan protes di seluruh dunia Muslim.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda