5 Strategi Presiden Xi Jinping Mengatasi Konflik Palestina-Israel

Kamis, 15 Juni 2023 - 07:29 WIB
Presiden China Xi Jinping siap memediasi Palestina dan Israel. Foto/Reuters
BEIJING - Presiden China Xi Jinping terus memperkuat pengaruhnya di Timur Tengah, termasuk ikut andil dalam mengatasi konflik Israel-Palestina . Dengan tegas, China menunjukkan keberpihakan secara politik kepada Palestina karena memandang Israel adalah sekutu utama Amerika Serikat.

Kedua belah pihak menggunakan kesempatan itu untuk membahas cara memajukan hubungan dan menyelesaikan tantangan lama terhadap hubungan Palestina-Israel. Beijing telah berusaha untuk meningkatkan hubungannya di Timur Tengah, menantang pengaruh AS.

Apalagi, jajak pendapat pada Mei dari Arab News dan YouGov menemukan bahwa 80% warga Palestina akan menyambut baik mediasi China dalam konflik tersebut. Sebagai perbandingan, 60% mengatakan mereka tidak mempercayai Amerika Serikat untuk menengahi.



Berikut adalah 5 strategi Presiden China Xi Jinping dalam mengatasi konflik di Palestina.

1. Mengundang Presiden Mahmoud Abbas ke Beijing



Foto/Reuters

Presiden China Xi Jinping mengundang Mahmoud Abbas ke Beijing. Kunjungan tersebut direalisasikan pada Rabu (14/6/2023).

Abbas berada di ibu kota China hingga Jumat mendatang.

Itu bukan kunjungan pertama kali bagi Abbas ke China. Itu merupakan kunjungan resmi kelimanya ke ekonomi terbesar kedua di dunia itu.



2. Membangun Kemitraan Strategis

Baik China dan Palestina membangun hubungan strategis dengan Palestina.

“Menghadapi satu abad perubahan global dan perkembangan baru terhadap situasi di Timur Tengah, China siap memperkuat koordinasi dan kerja sama dengan pihak Palestina,” kata Xi bertemu dengan Abbas.

"Kami bersama-sama mengumumkan pembentukan kemitraan strategis Tiongkok-Palestina, yang akan menjadi tonggak penting dalam sejarah hubungan bilateral," tambah Xi.

Selama jumpa pers reguler pekan lalu, juru bicara kementerian luar negeri China Wang Wenbin menyebut pemimpin lama Palestina Abbas sebagai "teman lama dan baik rakyat China".

3. Siap Menjadi Mediator



Foto/Reuters

Desember 2023, Presiden Xi berjanji untuk bekerja untuk solusi awal, adil dan tahan lama untuk masalah Palestina.

Beijing sejak itu memposisikan dirinya sebagai mediator di Timur Tengah, menengahi pemulihan hubungan pada bulan Maret antara Iran dan Arab Saudi - saingan di wilayah di mana Amerika Serikat selama beberapa dekade telah menjadi penengah utama.

Tetapi menemukan solusi abadi untuk ketegangan Israel-Palestina mungkin lebih sulit dipahami, karena negosiasi perdamaian antara kedua belah pihak telah terhenti sejak 2014.

Pada April 2023, Menteri Luar Negeri China Qin Gang mengatakan kepada Israel dan Palestina bahwa negaranya bersedia membantu negosiasi perdamaian. Dalam kedua seruan itu, Qin menekankan dorongan China untuk pembicaraan damai atas dasar penerapan "solusi dua negara".

Solusi pendirian negara Palestina merupakan janji Xi. “Kami adalah teman dan mitra yang baik,” kata Xi kepada Abbas. “Kami selalu dengan tegas mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk memulihkan hak-hak nasional mereka yang sah.”

Xi menegaskan, solusi untuk konflik Israel-Palestina terletak pada pembentukan negara Palestina merdeka berdasarkan perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.

Bahkan, Xi menjanjikan konferensi perdamaian internasional berskala besar, lebih berwibawa, dan lebih berpengaruh harus diadakan untuk menciptakan kondisi bagi dimulainya kembali pembicaraan damai dan menyumbangkan upaya nyata untuk membantu Palestina dan Israel hidup dalam damai.

"China siap memainkan peran positif untuk membantu Palestina mencapai rekonsiliasi internal dan mempromosikan pembicaraan damai," kata Xi.

Dalam pandangan, Seth j. Frantzman, pakar hubungan Israel-Palestina, mengatakan bagi China, peran mediator diperkuat karena tidak memiliki peran sejarah yang besar di wilayah tersebut. Di sisi lain, China mengalami penurunan persepsi netralitas di kawasan karena memainkan peran yang lebih besar di Timur Tengah.

“Itu berarti semua negara menuangkan harapan dan keyakinan mereka ke China tentang apa yang mungkin terjadi di kawasan itu, dan seperti semua pengembalian yang semakin berkurang dan putaran umpan balik, itu pasti akan gagal karena Anda tidak bisa menjadi segalanya bagi semua orang,” kata Frantzman.

Konflik Palestina – Israel memiliki sejarah memiliki harapan ketika tidak terpenuhi keinginan tersebut. Pada saat yang sama, China tidak memiliki rekam jejak sejarah yang panjang dalam mediasi atau penyelesaian konflik.

China diprediksi akan mereplikasi penyelesaian ketegangan Saudi dan Iran untuk diterapkan dalam konflik Palestina-Israel.



4. Meningkatkan Investasi di Palestina



Foto/Reuters

Abbas mengatakan pemerintahannya berharap untuk memperkuat kerja sama dengan China dan mengamankan investasi. “Kami sangat menghargai komunikasi pihak China untuk membiayai sejumlah proyek pembangunan yang diajukan oleh Palestina. Kami berharap pengiriman cepat delegasi teknis untuk mengimplementasikan proyek-proyek ini,” kata Abbas.

Beijing telah lama mempertahankan hubungan diplomatik dengan Otoritas Palestina dan sejak kunjungan terakhir Abbas pada 2017 telah berbicara tentang kemampuannya untuk menengahi konflik Israel-Palestina.

China memiliki program andalan Belt and Road Initiative (BRI) dengan pendekatan yang lembut, tenang, dan konsisten untuk memengaruhi pembangunan di berbagai belahan dunia. Pada akhirnya, China memiliki menghancurkan agenda neoliberal globalisasi yang diusung Barat.

5. Mendukung Palestina sebagai Anggota PBB



Foto/Reuters

Presiden Xi mendesak masyarakat internasional untuk meningkatkan bantuan pembangunan dan bantuan kemanusiaan ke Palestina.

Presiden Xi mengatakan penting untuk menjaga arah pembicaraan damai yang benar dan status quo sejarah dari tempat-tempat suci di Yerusalem harus dihormati, dan kata-kata serta tindakan yang berlebihan dan provokatif harus dihindari.

"China mendukung Palestina untuk menjadi negara anggota penuh PBB," kata Xi seperti dikutip CCTV.

Posisi China mendukung Palestina bukan hal baru. Misalnya pada April 2023, China mengkritik Israel karena menyerbu Masjid Al-Aqsa. "Upaya Israel untuk mengubah status quo Yerusalem sebagai tempat suci melanggar resolusi PBB yang relevan, dan komunitas internasional memiliki tanggung jawab untuk mengambil tindakan guna menghentikan perilaku provokatif Israel," kata utusan China untuk Timur Tengah Zhai Jun.
(ahm)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More