Nikki Haley Sebut Perang Dunia III Jika Ukraina Kalah Perang
Rabu, 07 Juni 2023 - 02:37 WIB
WASHINGTON - Nikki Haley, bakal calon presiden Amerika Serikat (AS), mengatakan membiarkan Ukraina kalah dari Rusia di medan perang akan memicu Perang Dunia III.
Politisi Partai Republik yang juga mantan gubernur South Carolina itu mengatakan kepada audiens di sebuah balai kota di Iowa pada hari Minggu bahwa mempersenjatai Kyiv adalah tentang mencegah perang dengan mengirim pesan ke rival-rival Amerika.
“Ketika Ukraina menang, itu mengirim pesan ke China dengan Taiwan, mengirim pesan ke Iran yang ingin membuat bom [nuklir], mengirimkan pesan ke Korea Utara yang menguji rudal balistik, mengirim pesan ke Rusia bahwa ini sudah berakhir," paparnya, seperti dikutip The Hill, Selasa (6/6/2023).
“Adalah demi kepentingan terbaik Amerika, demi kepentingan terbaik keamanan nasional kita bagi Ukraina untuk menang. Kita harus menyelesaikan ini, kita harus menyelesaikannya," ujar Haley.
Mengenai bagaimana perang Rusia-Ukraina akan berakhir, Haley kurang terbuka.
“Itu akan berakhir dalam satu hari jika Rusia menarik diri,” sarannya. “Jika Ukraina menarik diri, maka kita semua melihat perang dunia.”
Untuk mencegah perang dunia, kata dia, Kyiv membutuhkan senjata—banyak sekali.
“Kemenangan untuk Ukraina adalah kemenangan bagi kita semua, karena para tiran memberi tahu kita dengan tepat apa yang akan mereka lakukan,” lanjut Haley.
"Rusia mengatakan Polandia dan Baltik adalah yang berikutnya, jika Ukraina jatuh. Jika itu terjadi, kita sedang melihat perang dunia," imbuh dia.
Sementara banyak yang telah ditulis tentang kemungkinan invasi Rusia ke Polandia atau negara-negara Baltik, bahkan sebagian besar pakar AS mengakui kemungkinannya kecil.
Menyerang salah satu negara tersebut akan memicu Pasal 5, klausul pertahanan bersama NATO, mengubah konflik yang banyak digambarkan sebagai perang proksi antara Moskow dan Brussels menjadi perang langsung antara kekuatan nuklir.
Haley dengan cepat membedakan dirinya dalam masalah kebijakan luar negeri dari mantan bosnya, Donald Trump, yang menyindir awal tahun ini bahwa AS, bukan Rusia, yang membutuhkan perubahan rezim.
Dia juga membedakan dirinya dari rivalnya yang lain, Ron DeSantis, yang meremehkan konflik di Ukraina sebagai sebuah sengketa teritorial.
Selama audiensi balai kota, Haley sekali lagi mencemooh gagasan untuk tetap netral dalam konflik Ukraina. "Ini adalah perang tentang kebebasan dan itu yang harus kita menangkan," ujarnya.
Ketika Haley menjabat sebagai Duta Besar AS untuk PBB di bawah Trump, dia tidak merahasiakan kecenderungan intervensionisnya, bahkan mengumumkan putaran sanksi yang tidak terduga terhadap Rusia yang kemudian harus dicabut oleh Gedung Putih.
Dia telah mendesak pemerintahan Joe Biden untuk menyerah pada tuntutan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk jet tempur F-16 selama berbulan-bulan dan menjatuhkan lebih banyak sanksi, bersikeras bahwa Washington terlalu lunak terhadap Moskow.
Politisi Partai Republik yang juga mantan gubernur South Carolina itu mengatakan kepada audiens di sebuah balai kota di Iowa pada hari Minggu bahwa mempersenjatai Kyiv adalah tentang mencegah perang dengan mengirim pesan ke rival-rival Amerika.
“Ketika Ukraina menang, itu mengirim pesan ke China dengan Taiwan, mengirim pesan ke Iran yang ingin membuat bom [nuklir], mengirimkan pesan ke Korea Utara yang menguji rudal balistik, mengirim pesan ke Rusia bahwa ini sudah berakhir," paparnya, seperti dikutip The Hill, Selasa (6/6/2023).
“Adalah demi kepentingan terbaik Amerika, demi kepentingan terbaik keamanan nasional kita bagi Ukraina untuk menang. Kita harus menyelesaikan ini, kita harus menyelesaikannya," ujar Haley.
Mengenai bagaimana perang Rusia-Ukraina akan berakhir, Haley kurang terbuka.
“Itu akan berakhir dalam satu hari jika Rusia menarik diri,” sarannya. “Jika Ukraina menarik diri, maka kita semua melihat perang dunia.”
Untuk mencegah perang dunia, kata dia, Kyiv membutuhkan senjata—banyak sekali.
“Kemenangan untuk Ukraina adalah kemenangan bagi kita semua, karena para tiran memberi tahu kita dengan tepat apa yang akan mereka lakukan,” lanjut Haley.
"Rusia mengatakan Polandia dan Baltik adalah yang berikutnya, jika Ukraina jatuh. Jika itu terjadi, kita sedang melihat perang dunia," imbuh dia.
Sementara banyak yang telah ditulis tentang kemungkinan invasi Rusia ke Polandia atau negara-negara Baltik, bahkan sebagian besar pakar AS mengakui kemungkinannya kecil.
Menyerang salah satu negara tersebut akan memicu Pasal 5, klausul pertahanan bersama NATO, mengubah konflik yang banyak digambarkan sebagai perang proksi antara Moskow dan Brussels menjadi perang langsung antara kekuatan nuklir.
Haley dengan cepat membedakan dirinya dalam masalah kebijakan luar negeri dari mantan bosnya, Donald Trump, yang menyindir awal tahun ini bahwa AS, bukan Rusia, yang membutuhkan perubahan rezim.
Dia juga membedakan dirinya dari rivalnya yang lain, Ron DeSantis, yang meremehkan konflik di Ukraina sebagai sebuah sengketa teritorial.
Selama audiensi balai kota, Haley sekali lagi mencemooh gagasan untuk tetap netral dalam konflik Ukraina. "Ini adalah perang tentang kebebasan dan itu yang harus kita menangkan," ujarnya.
Ketika Haley menjabat sebagai Duta Besar AS untuk PBB di bawah Trump, dia tidak merahasiakan kecenderungan intervensionisnya, bahkan mengumumkan putaran sanksi yang tidak terduga terhadap Rusia yang kemudian harus dicabut oleh Gedung Putih.
Dia telah mendesak pemerintahan Joe Biden untuk menyerah pada tuntutan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk jet tempur F-16 selama berbulan-bulan dan menjatuhkan lebih banyak sanksi, bersikeras bahwa Washington terlalu lunak terhadap Moskow.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda