19 Negara Ingin Gabung BRICS, Fenomena Melawan Hegemoni Amerika Cs
Kamis, 25 Mei 2023 - 10:38 WIB
Sejak didirikan, BRICS—akronim untuk lima ekonomi regional: Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan—termasuk ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia saat itu.
Namun, Presiden China saat itu, Li Jintao, menggambarkan BRICS sebagai pembela kepentingan negara berkembang dan kekuatan perdamaian dunia.
BRICS sekarang menetapkan dirinya sebagai alternatif dari forum keuangan dan politik internasional yang ada.
Lima negara anggota BRICS sekarang menyumbang 31,5 persen dari PDB global, sementara pangsa anggota G7—yang dipandang sebagai rival BRICS—turun menjadi 30 persen, menurut platform Megh Updates.
Grup perbankan global Goldman Sachs percaya bahwa pada tahun 2050 ekonomi negara-negara BRICS akan bersaing dengan ekonomi negara-negara terkaya di dunia.
“Keyakinan tumbuh bahwa hegemoni ekonomi Amerika Utara menurun dan perubahan semakin cepat. Selain itu, bobot produksi BRICS sangat menjanjikan,” kata Nasser kepada Middle East Monitor yang dilansir Kamis (25/5/2023).
“Di sisi lain, pemekaran saat ini bisa dilihat sebagai penguatan, namun sekaligus bisa membawa pelemahan persatuan ini,” ujarnya mengingatkan.
Nasser melihat bahwa salah satu tantangan terbesar yang dihadapi BRICS adalah kemampuan untuk memperluas basis keanggotaan sambil mempertahankan pertumbuhan ekonomi saat ini dan membangun strategi bersama yang konsisten.
“Masalah menerima anggota baru dan mempertahankan kemandirian ekonomi dan politik sama sekali tidak mudah. Misalnya, krisis menjauhkan Brasil selama pemerintahan Brasil terakhir sementara masalah berubah sekarang dengan kembalinya Presiden Lula. China adalah andalan ekonomi grup dan setiap transformasi sekarang akan memengaruhi perekonomian dunia. Pertanyaan penting saat ini adalah: akankah kelompok mampu membangun persepsi dan strategi yang sama?" paparnya.
Selama kunjungannya ke Beijing bulan lalu, Presiden Brasil Lula da Silva berkata: "Setiap malam, saya bertanya pada diri sendiri 'mengapa semua negara harus mendasarkan perdagangan mereka pada dollar?'."
Namun, Presiden China saat itu, Li Jintao, menggambarkan BRICS sebagai pembela kepentingan negara berkembang dan kekuatan perdamaian dunia.
BRICS sekarang menetapkan dirinya sebagai alternatif dari forum keuangan dan politik internasional yang ada.
Lima negara anggota BRICS sekarang menyumbang 31,5 persen dari PDB global, sementara pangsa anggota G7—yang dipandang sebagai rival BRICS—turun menjadi 30 persen, menurut platform Megh Updates.
Grup perbankan global Goldman Sachs percaya bahwa pada tahun 2050 ekonomi negara-negara BRICS akan bersaing dengan ekonomi negara-negara terkaya di dunia.
“Keyakinan tumbuh bahwa hegemoni ekonomi Amerika Utara menurun dan perubahan semakin cepat. Selain itu, bobot produksi BRICS sangat menjanjikan,” kata Nasser kepada Middle East Monitor yang dilansir Kamis (25/5/2023).
“Di sisi lain, pemekaran saat ini bisa dilihat sebagai penguatan, namun sekaligus bisa membawa pelemahan persatuan ini,” ujarnya mengingatkan.
Nasser melihat bahwa salah satu tantangan terbesar yang dihadapi BRICS adalah kemampuan untuk memperluas basis keanggotaan sambil mempertahankan pertumbuhan ekonomi saat ini dan membangun strategi bersama yang konsisten.
“Masalah menerima anggota baru dan mempertahankan kemandirian ekonomi dan politik sama sekali tidak mudah. Misalnya, krisis menjauhkan Brasil selama pemerintahan Brasil terakhir sementara masalah berubah sekarang dengan kembalinya Presiden Lula. China adalah andalan ekonomi grup dan setiap transformasi sekarang akan memengaruhi perekonomian dunia. Pertanyaan penting saat ini adalah: akankah kelompok mampu membangun persepsi dan strategi yang sama?" paparnya.
Selama kunjungannya ke Beijing bulan lalu, Presiden Brasil Lula da Silva berkata: "Setiap malam, saya bertanya pada diri sendiri 'mengapa semua negara harus mendasarkan perdagangan mereka pada dollar?'."
tulis komentar anda