Capres Dogu Perincek: Masa depan Turki Ada di Asia, Ankara Dirantai NATO

Minggu, 14 Mei 2023 - 05:01 WIB
Calon Presiden (Capres) Turki Dogu Perincek. Foto/RT
ANKARA - Calon Presiden (Capres) Dogu Perincek menyatakan dirantai oleh keanggotaan NATO dan "disalibkan" dengan menunggu izin masuk ke Uni Eropa (UE), Turki harus merangkul BRICS dan takdir Eurasia.

Pernyataan Dogu Perincek diungkapkan dalam wawancara dengan RT.

Perincek (80) memimpin Partai Patriotik (Vatan Partisi) yang digambarkan sebagai gerakan nasionalis sayap kiri.



Dia secara luas dipandang sebagai underdog dalam pemilu presiden Turki 14 Mei 2023, di mana Kemal Kilicdaroglu yang didukung Barat berusaha menggeser Presiden petahana Recep Tayyip Erdogan.

“Semua upaya kita ditujukan untuk memperkuat kebebasan dan kemerdekaan Turki,” papar Perincek kepada RT pada Rabu.

Nasib Ankara, menurutnya, berada di peradaban Asia-sentris yang saat ini muncul di bawah kepemimpinan Rusia, China, Iran, dan India sebagai anggota BRICS dan Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO).



Perincek menggambarkan NATO sebagai "bukan pembebasan, tetapi penahanan" untuk Turki. Dia memprediksi Ankara akan keluar dari blok yang dipimpin AS "di masa mendatang."

“Orang Turki tidak terikat oleh rantai NATO,” papar Perincek kepada RT, mencatat publik melihat Amerika Serikat (AS) sebagai musuh, dan Rusia serta China sebagai teman.

Dia mendukung kendali Rusia atas Crimea, Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporozhye sebagai "pukulan besar bagi imperialisme AS", dan berpendapat ekspansi NATO ke arah timur adalah "ancaman yang sama besarnya bagi Turki seperti halnya bagi Rusia."

Politisi Turki itu menolak prospek bergabung dengan UE sebagai "tidak mungkin", karena blok tersebut terdiri dari negara-negara yang sebagian besar Kristen yang tidak menginginkan anggota mayoritas Muslim di tengah-tengah mereka.

Turki diberikan status kandidat pada tahun 1999, tetapi tidak memiliki batas waktu untuk benar-benar bergabung.

“Brussel ingin Ankara terikat di depan pintu mereka tetapi tidak benar-benar di dalam,” ujar Perincek, menggambarkan negaranya "disalibkan" oleh pengaturan itu.

Mengomentari fakta Presiden AS Joe Biden membatalkan undangan Turki untuk “KTT untuk Demokrasi” pada akhir Maret, Perincek menyebut acara itu "palsu" dan Washington "pusat permusuhan terhadap demokrasi."

“Demokrasi mereka sendiri palsu. Tidak ada demokrasi di sana, semuanya asap dan cermin, penipuan rakyat,” tegas dia kepada RT.

"AS imperialis" saat ini berbeda dari negara yang diperjuangkan George Washington, Thomas Jefferson, dan Abraham Lincoln, dan "mencekik demokrasi, baik di dalam maupun luar negeri".

Perincek juga keberatan dengan sanksi Barat terhadap Moskow, yang juga merugikan Ankara. “Sanksi AS akan menjadi bumerang dalam jangka panjang,” tegas dia kepada RT, terutama jika semua 40 negara yang diberi sanksi oleh Washington bergabung dan memberi sanksi kepada Amerika sebagai balasan.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More