Sekutu Putin Berseberangan soal Seruan Rusia Mengebom Nuklir Ukraina
Sabtu, 06 Mei 2023 - 01:37 WIB
MOSKOW - Setidaknya dua pejabat tinggi Rusia yang juga sekutu dekat Presiden Vladimir Putin menyerukan Kremlin untuk mengebom nuklir Ukraina sebagai pembalasan atas serangan drone di Istana Kremlin. Namun, ada satu sekutu pemimpin Kremlin yang menolak ide semacam itu.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah membantah bahwa pasukannya melakukan serangan drone terhadap kediaman Putin pada Rabu lalu.
Ketua Duma Negara Vyacheslav Volodin menyebut serangan drone itu sebagai serangan teroris, mengeklaim bahwa itu telah diatur oleh Zelensky secara pribadi.
“Tidak boleh ada negosiasi...Kami akan menuntut penggunaan senjata yang dapat menghentikan dan menghancurkan rezim teroris di Kiev,” tulis Volodin di Telegram, mengisyaratkan penggunaan senjata nuklir taktis oleh Rusia.
Seruan itu segera digaungkan oleh mantan kepala ruang angkasa Rusia Dmitry Rogozin, yang juga sekutu Putin. Dia merilis video pada hari Kamis dari garis depan di wilayah Zaporizhzhia tenggara Ukraina, di mana dia saat ini bekerja sebagai penasihat militer.
“Pertarungan udara mematikan yang akan terjadi sudah diantisipasi,” kata Rogozin, mencatat bahwa pasukan Rusia secara aktif mempersiapkan diri untuk menghadapi serangan balasan Ukraina.
Rusia, imbuh dia, bagaimanapun dapat menghindari sejumlah besar korban dengan menggunakan senjata nuklir taktis terhadap Kiev terlebih dahulu.
“Menurut doktrin [nuklir] kami, kami memiliki hak untuk menggunakan senjata nuklir taktis karena untuk itulah mereka ada,” katanya, seperti dikutip The Moscow Times, Jumat (5/5/2023)."Itu sebagai penyeimbang yang hebat untuk saat-saat ketika ada perbedaan yang jelas dalam mendukung musuh.”
Namun, sekutu Putin lainnya; pemimpin kelompok tentara bayaran Wagner Group Yevgeny Prigozhin memperingatkan agar tidak membuat ancaman biasa untuk menggunakan senjata nuklir.
“Sebagai orang yang berpikiran radikal, saya dapat mengatakan bahwa tentu saja tidak boleh ada pembicaraan tentang penggunaan senjata nuklir sebagai pembalasan atas drone,” kata Prigozhin pada hari Kamis.
Menasihati mereka yang bertanggung jawab untuk menemukan dan menghukum siapa pun yang bertanggung jawab mencegah serangan drone dan untuk meningkatkan kemampuan militer Rusia untuk memungkinkannya membalas, Prigozhin mengatakan bahwa membuat ancaman yang tidak proporsional seperti itu ke Barat membuat mereka “terlihat seperti badut".
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah membantah bahwa pasukannya melakukan serangan drone terhadap kediaman Putin pada Rabu lalu.
Ketua Duma Negara Vyacheslav Volodin menyebut serangan drone itu sebagai serangan teroris, mengeklaim bahwa itu telah diatur oleh Zelensky secara pribadi.
“Tidak boleh ada negosiasi...Kami akan menuntut penggunaan senjata yang dapat menghentikan dan menghancurkan rezim teroris di Kiev,” tulis Volodin di Telegram, mengisyaratkan penggunaan senjata nuklir taktis oleh Rusia.
Seruan itu segera digaungkan oleh mantan kepala ruang angkasa Rusia Dmitry Rogozin, yang juga sekutu Putin. Dia merilis video pada hari Kamis dari garis depan di wilayah Zaporizhzhia tenggara Ukraina, di mana dia saat ini bekerja sebagai penasihat militer.
“Pertarungan udara mematikan yang akan terjadi sudah diantisipasi,” kata Rogozin, mencatat bahwa pasukan Rusia secara aktif mempersiapkan diri untuk menghadapi serangan balasan Ukraina.
Rusia, imbuh dia, bagaimanapun dapat menghindari sejumlah besar korban dengan menggunakan senjata nuklir taktis terhadap Kiev terlebih dahulu.
“Menurut doktrin [nuklir] kami, kami memiliki hak untuk menggunakan senjata nuklir taktis karena untuk itulah mereka ada,” katanya, seperti dikutip The Moscow Times, Jumat (5/5/2023)."Itu sebagai penyeimbang yang hebat untuk saat-saat ketika ada perbedaan yang jelas dalam mendukung musuh.”
Namun, sekutu Putin lainnya; pemimpin kelompok tentara bayaran Wagner Group Yevgeny Prigozhin memperingatkan agar tidak membuat ancaman biasa untuk menggunakan senjata nuklir.
“Sebagai orang yang berpikiran radikal, saya dapat mengatakan bahwa tentu saja tidak boleh ada pembicaraan tentang penggunaan senjata nuklir sebagai pembalasan atas drone,” kata Prigozhin pada hari Kamis.
Menasihati mereka yang bertanggung jawab untuk menemukan dan menghukum siapa pun yang bertanggung jawab mencegah serangan drone dan untuk meningkatkan kemampuan militer Rusia untuk memungkinkannya membalas, Prigozhin mengatakan bahwa membuat ancaman yang tidak proporsional seperti itu ke Barat membuat mereka “terlihat seperti badut".
(mas)
tulis komentar anda