Didesak Brasil Berhenti Mendorong Perang di Ukraina, Ini Respons AS
Selasa, 18 April 2023 - 10:40 WIB
WASHINGTON - Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva telah mendesak Amerika Serikat (AS) untuk berhenti mendorong perang di Ukraina . Merespons desakan itu, Gedung Putih mengkritik balik Brasil.
"Dalam kasus ini, Brasil menirukan propaganda Rusia dan China tanpa melihat fakta sama sekali," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby kepada wartawan, seperti dikutip AFP, Selasa (18/4/2023).
Lula mengatakan pada hari Sabtu selama kunjungan ke Beijing, di mana dia bertemu dengan Presiden China Xi Jinping, bahwa Amerika Serikat perlu berhenti mendorong perang dan mulai berbicara tentang perdamaian. "Uni Eropa perlu mulai berbicara tentang perdamaian," serunya.
Seruan Lula itu menggemakan apa yang sering disampaikan oleh Moskow dan Beijing, yang menyalahkan Barat atas perang di Ukraina yang dimulai pada Februari 2022.
Brasil tidak bergabung dengan negara-negara Barat dalam menjatuhkan sanksi terhadap Rusia dan menolak permintaan untuk memasok amunisi ke Ukraina.
Pada hari Senin, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyampaikan pujian kepada Brasil saat berkunjung ke negara Amerika Latin tersebut. "Rusia berterima kasih kepada teman-teman Brasil kami atas pemahaman mereka yang jelas tentang asal-usul situasi (di Ukraina)," kata Lavrov.
Lula, seorang politisi kawakan, sangat ingin mendukung upaya Brasil untuk menjadi pembawa damai non-blok.
Tapi Kirby mengatakan pesan Lula tentang perang Ukraina itu "sangat bermasalah".
"Washington tidak memiliki keberatan terhadap negara mana pun yang ingin mencoba mengakhiri perang," katanya.
"Jelas kami ingin perang berakhir," kata Kirby. "Itu bisa terjadi sekarang, hari ini, jika (Presiden Rusia Vladimir) Putin berhenti menyerang Ukraina dan menarik pasukannya keluar."
"Komentar terbaru oleh Brasil bahwa Ukraina harus mempertimbangkan secara resmi menyerahkan Crimea sebagai konsesi perdamaian benar-benar salah arah, terutama untuk negara seperti Brasil yang telah memilih untuk menegakkan prinsip kedaulatan dan integritas wilayah (di PBB)," papar Kirby.
"Dalam kasus ini, Brasil menirukan propaganda Rusia dan China tanpa melihat fakta sama sekali," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby kepada wartawan, seperti dikutip AFP, Selasa (18/4/2023).
Lula mengatakan pada hari Sabtu selama kunjungan ke Beijing, di mana dia bertemu dengan Presiden China Xi Jinping, bahwa Amerika Serikat perlu berhenti mendorong perang dan mulai berbicara tentang perdamaian. "Uni Eropa perlu mulai berbicara tentang perdamaian," serunya.
Seruan Lula itu menggemakan apa yang sering disampaikan oleh Moskow dan Beijing, yang menyalahkan Barat atas perang di Ukraina yang dimulai pada Februari 2022.
Brasil tidak bergabung dengan negara-negara Barat dalam menjatuhkan sanksi terhadap Rusia dan menolak permintaan untuk memasok amunisi ke Ukraina.
Pada hari Senin, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyampaikan pujian kepada Brasil saat berkunjung ke negara Amerika Latin tersebut. "Rusia berterima kasih kepada teman-teman Brasil kami atas pemahaman mereka yang jelas tentang asal-usul situasi (di Ukraina)," kata Lavrov.
Lula, seorang politisi kawakan, sangat ingin mendukung upaya Brasil untuk menjadi pembawa damai non-blok.
Tapi Kirby mengatakan pesan Lula tentang perang Ukraina itu "sangat bermasalah".
"Washington tidak memiliki keberatan terhadap negara mana pun yang ingin mencoba mengakhiri perang," katanya.
"Jelas kami ingin perang berakhir," kata Kirby. "Itu bisa terjadi sekarang, hari ini, jika (Presiden Rusia Vladimir) Putin berhenti menyerang Ukraina dan menarik pasukannya keluar."
"Komentar terbaru oleh Brasil bahwa Ukraina harus mempertimbangkan secara resmi menyerahkan Crimea sebagai konsesi perdamaian benar-benar salah arah, terutama untuk negara seperti Brasil yang telah memilih untuk menegakkan prinsip kedaulatan dan integritas wilayah (di PBB)," papar Kirby.
(mas)
tulis komentar anda