Pakar Hukum: Pembakaran Al-Quran oleh Militer Ukraina Alat Kebijakan Nazi untuk Menghina
Senin, 20 Maret 2023 - 18:09 WIB
“Provokasi saat ini yang melibatkan pembakaran Al-quran adalah bagian dari strategi NATO untuk memicu konflik atas dasar etnis dan agama,” ujar ilmuwan politik Turki Mehmet Perincek kepada Sputnik.
"Rezim Kiev dan ideologi neo-Nazinya adalah instrumen di tangan aliansi Atlantik Utara pimpinan AS, yang strateginya didasarkan pada arogansi dan penghinaan terhadap budaya lain, orang lain, agama lain,” papar dia.
Dia menilai otoritas Ukraina saat ini mewarisi pendekatan ideologis. “Kami mengamati permusuhan terhadap karakteristik budaya, etnis dan agama orang-orang di Irak, Afghanistan, Vietnam, Korea, dengan permusuhan yang sama sekarang memanifestasikan dirinya dalam berbagai bentuk di Ukraina," ungkap sejarawan Turki dan doktor ilmu sejarah itu.
Dia menambahkan, insiden pembakaran Alquran harus dianggap sebagai pelajaran bagi semua Muslim di Ukraina, mengungkapkan esensi sebenarnya dari rezim Kiev.
Menurut Mehmet Perincek, peradaban Eurasia kuat dan "memiliki sumber daya yang diperlukan untuk menghancurkan rencana blok Atlantik untuk menciptakan dunia unipolar dan, sebaliknya, membentuk tatanan dunia yang setara dan adil."
“Penodaan Al-quran oleh tentara Ukraina seperti itu merupakan manifestasi dari ideologi Nazi yang dirancang untuk menabur kebencian,” papar analis politik Suriah Osama Dannura.
“Di antara sekutu langsung rezim Ukraina, kami menemukan kelompok-kelompok yang, di bawah panji liberalisme dan kebebasan, melakukan operasi penodaan Kitab Suci. Kami telah menyaksikan ini baik di Denmark dan Swedia, mari kita juga mengingat kartun yang menampilkan Nabi, semua ini merupakan penghinaan terhadap simbol-simbol Islam yang dihormati," ujar Osama Dannura kepada Sputnik.
Dia menambahkan, pemerintah negara-negara NATO menuruti tindakan ini, sambil memompa Angkatan Darat Ukraina dengan senjata.
Otoritas Ukraina, menurut dia, menggunakan agama ketika diperlukan untuk menghasut kebencian, mirip dengan cara Barat bekerja untuk memecah belah orang yang menganut satu agama yang sama, satu gereja, untuk menabur perpecahan dan kebencian.
“Dengan tindakan ini, Tentara Ukraina mewakili intisari kebencian itu sendiri yang dibangun menjadi sebuah ideologi… Ideologi Nazi yang tidak dapat didamaikan dari para prajurit ini terletak pada penghinaan mereka terhadap semua agama lain,” ungkap analis politik Suriah Osama Dannura menyimpulkan.
"Rezim Kiev dan ideologi neo-Nazinya adalah instrumen di tangan aliansi Atlantik Utara pimpinan AS, yang strateginya didasarkan pada arogansi dan penghinaan terhadap budaya lain, orang lain, agama lain,” papar dia.
Dia menilai otoritas Ukraina saat ini mewarisi pendekatan ideologis. “Kami mengamati permusuhan terhadap karakteristik budaya, etnis dan agama orang-orang di Irak, Afghanistan, Vietnam, Korea, dengan permusuhan yang sama sekarang memanifestasikan dirinya dalam berbagai bentuk di Ukraina," ungkap sejarawan Turki dan doktor ilmu sejarah itu.
Dia menambahkan, insiden pembakaran Alquran harus dianggap sebagai pelajaran bagi semua Muslim di Ukraina, mengungkapkan esensi sebenarnya dari rezim Kiev.
Menurut Mehmet Perincek, peradaban Eurasia kuat dan "memiliki sumber daya yang diperlukan untuk menghancurkan rencana blok Atlantik untuk menciptakan dunia unipolar dan, sebaliknya, membentuk tatanan dunia yang setara dan adil."
“Penodaan Al-quran oleh tentara Ukraina seperti itu merupakan manifestasi dari ideologi Nazi yang dirancang untuk menabur kebencian,” papar analis politik Suriah Osama Dannura.
“Di antara sekutu langsung rezim Ukraina, kami menemukan kelompok-kelompok yang, di bawah panji liberalisme dan kebebasan, melakukan operasi penodaan Kitab Suci. Kami telah menyaksikan ini baik di Denmark dan Swedia, mari kita juga mengingat kartun yang menampilkan Nabi, semua ini merupakan penghinaan terhadap simbol-simbol Islam yang dihormati," ujar Osama Dannura kepada Sputnik.
Dia menambahkan, pemerintah negara-negara NATO menuruti tindakan ini, sambil memompa Angkatan Darat Ukraina dengan senjata.
Otoritas Ukraina, menurut dia, menggunakan agama ketika diperlukan untuk menghasut kebencian, mirip dengan cara Barat bekerja untuk memecah belah orang yang menganut satu agama yang sama, satu gereja, untuk menabur perpecahan dan kebencian.
“Dengan tindakan ini, Tentara Ukraina mewakili intisari kebencian itu sendiri yang dibangun menjadi sebuah ideologi… Ideologi Nazi yang tidak dapat didamaikan dari para prajurit ini terletak pada penghinaan mereka terhadap semua agama lain,” ungkap analis politik Suriah Osama Dannura menyimpulkan.
tulis komentar anda