Perdana Menteri Georgia Tuding Ukraina Kobarkan Kerusuhan
Senin, 13 Maret 2023 - 14:52 WIB
Secara khusus, Garibashvili menyebut Kiev sengaja mengirim mantan presiden Georgia yang menjadi pejabat Ukraina Mikhail Saakashvili kembali ke negara asalnya pada Oktober 2021 untuk melakukan “kudeta”.
“Saakashvili sengaja dikirim, tujuan utamanya adalah melakukan kudeta di sini dan menyeret negara ke dalam perang pada waktu yang tepat. Kami tidak meragukannya hari ini,” tegas Garibashvili.
PM Georgia juga mengklaim "beberapa lusin" pejuang Georgia kembali dari Ukraina di tengah kerusuhan atas undang-undang agen asing dan mendesak mereka untuk tidak memiliki "ilusi" atas situasi di negara tersebut.
“Kami tahu jauh lebih banyak daripada yang dapat mereka bayangkan,” tegas dia memperingatkan.
Dia menambahkan tidak ada “front kedua” yang akan terwujud selama Partai Georgian Dream yang berkuasa tetap berkuasa.
Selama permusuhan yang sedang berlangsung dengan Rusia, para pejabat Ukraina telah berulang kali mengkritik Tbilisi atas sikap netralnya. Para pejabat Kiev mendesak Georgia membuka "front kedua" melawan Moskow.
Salah satu seruan semacam itu dibuat di awal konflik oleh Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Alexey Danilov yang menuduh Georgia "berperilaku tidak tepat" pada saat itu.
Pejabat itu secara terbuka mengakui potensi konflik baru atas Ossetia Selatan dan Abkhazia, yang memisahkan diri dari Tbilisi pada 1990-an dan diakui sebagai negara merdeka oleh Rusia setelah perang 2008, “pasti akan membantu kami.”
“Saakashvili sengaja dikirim, tujuan utamanya adalah melakukan kudeta di sini dan menyeret negara ke dalam perang pada waktu yang tepat. Kami tidak meragukannya hari ini,” tegas Garibashvili.
PM Georgia juga mengklaim "beberapa lusin" pejuang Georgia kembali dari Ukraina di tengah kerusuhan atas undang-undang agen asing dan mendesak mereka untuk tidak memiliki "ilusi" atas situasi di negara tersebut.
“Kami tahu jauh lebih banyak daripada yang dapat mereka bayangkan,” tegas dia memperingatkan.
Dia menambahkan tidak ada “front kedua” yang akan terwujud selama Partai Georgian Dream yang berkuasa tetap berkuasa.
Selama permusuhan yang sedang berlangsung dengan Rusia, para pejabat Ukraina telah berulang kali mengkritik Tbilisi atas sikap netralnya. Para pejabat Kiev mendesak Georgia membuka "front kedua" melawan Moskow.
Salah satu seruan semacam itu dibuat di awal konflik oleh Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Alexey Danilov yang menuduh Georgia "berperilaku tidak tepat" pada saat itu.
Pejabat itu secara terbuka mengakui potensi konflik baru atas Ossetia Selatan dan Abkhazia, yang memisahkan diri dari Tbilisi pada 1990-an dan diakui sebagai negara merdeka oleh Rusia setelah perang 2008, “pasti akan membantu kami.”
(sya)
tulis komentar anda