Cegah Demonstrasi, Siswi Iran Dilaporkan Dipaksa Nonton Film Porno
Kamis, 02 Maret 2023 - 20:47 WIB
TEHERAN - Pasukan keamanan Iran telah memaksa para siswa untuk menonton video porno selama sesi wajib yang bertujuan untuk mencegah mereka ikut dalam aksi protes anti-rezim. Hal itu berdasarkan laporan dari outlet berita IranWire yang berbasis di luar negeri.
Laporan tersebut, mengutip sumber tanpa nama, mengatakan bahwa pasukan keamanan telah melakukan sesi wajib di distrik 4 dan 5 Teheran, serta di kota Bandar Mahshahr, di mana para siswi dipaksa untuk menonton video porno guna meyakinkan mereka bahwa aksi protes terhadap rezim akan mengarah pada dekadensi seksual di Iran.
Laporan itu menambahkan bahwa sekelompok siswi di sekolah Shahid Reihane-ul-Nabi di Bandar Mahshahr, yang meneriakkan slogan-slogan menentang Republik Islam di halaman sekolah pada bulan Oktober lalu, dipaksa untuk menonton video yang menampilkan adegan pemerkosaan dan hubungan seksual antara manusia dan binatang.
Dalam beberapa minggu terakhir, anggota Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) dan Basij, cabang paramiliter IRGC, dilaporkan telah mengunjungi sekolah-sekolah perempuan di distrik ke-4 dan ke-5 Teheran, dan menayangkan video yang bersifat seksual untuk mencegah mereka berpartisipasi dalam protes.
"Orang tua dari setidaknya tiga sekolah menengah atas perempuan di Teheran telah melaporkan agen laki-laki berpakaian preman mengunjungi sekolah dan menunjukkan konten pornografi," menurut jurnalis dan pakar pendidikan Nejat Bahrami, yang dikutip dalam laporan tersebut seperti dikutip dari Al Arabiya, Kamis (2/3/2023).
Menurut laporan tersebut, sekelompok keluarga mengajukan pengaduan resmi kepada kepala sekolah dan Departemen Pendidikan Umum di Teheran, dan mengancam akan menarik putri mereka dari institusi tersebut.
Namun, Departemen Pendidikan diduga memperingatkan siswa dan keluarga mereka tentang kemungkinan dampaknya, termasuk kemungkinan dilaporkan ke aparat keamanan.
Kematian Mahsa Amini, seorang wanita Kurdi Iran berusia 22 tahun yang meninggal pada 16 September setelah ditangkap oleh polisi moralitas di Teheran karena diduga melanggar aturan berpakaian yang ketat untuk wanita, memicu protes berbulan-bulan yang dengan cepat meningkat menjadi seruan untuk penggulingan Republik Islam.
Para siswi di seluruh Iran bergabung dalam protes yang dipicu oleh kematian Amini. Banyak video di media sosial menunjukkan mereka melepas jilbab dan meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah, termasuk di lingkungan sekolah.
Selama tiga bulan terakhir, ratusan kasus gangguan pernapasan telah dilaporkan di antara siswi sekolah di Iran, dengan beberapa di antaranya perlu dirawat di rumah sakit.
Seorang anggota parlemen Iran pada hari Rabu mengatakan bahwa sekitar 1.200 siswi telah diracuni dalam beberapa hari terakhir di dua kota berbeda.
Beberapa orang Iran, termasuk aktivis terkemuka, menyalahkan rezim atas insiden itu. Mereka mengatakan bahwa itu adalah serangan yang disengaja dan bentuk balas dendam terhadap siswi karena berpartisipasi dalam aksi protes.
Laporan tersebut, mengutip sumber tanpa nama, mengatakan bahwa pasukan keamanan telah melakukan sesi wajib di distrik 4 dan 5 Teheran, serta di kota Bandar Mahshahr, di mana para siswi dipaksa untuk menonton video porno guna meyakinkan mereka bahwa aksi protes terhadap rezim akan mengarah pada dekadensi seksual di Iran.
Laporan itu menambahkan bahwa sekelompok siswi di sekolah Shahid Reihane-ul-Nabi di Bandar Mahshahr, yang meneriakkan slogan-slogan menentang Republik Islam di halaman sekolah pada bulan Oktober lalu, dipaksa untuk menonton video yang menampilkan adegan pemerkosaan dan hubungan seksual antara manusia dan binatang.
Dalam beberapa minggu terakhir, anggota Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) dan Basij, cabang paramiliter IRGC, dilaporkan telah mengunjungi sekolah-sekolah perempuan di distrik ke-4 dan ke-5 Teheran, dan menayangkan video yang bersifat seksual untuk mencegah mereka berpartisipasi dalam protes.
"Orang tua dari setidaknya tiga sekolah menengah atas perempuan di Teheran telah melaporkan agen laki-laki berpakaian preman mengunjungi sekolah dan menunjukkan konten pornografi," menurut jurnalis dan pakar pendidikan Nejat Bahrami, yang dikutip dalam laporan tersebut seperti dikutip dari Al Arabiya, Kamis (2/3/2023).
Menurut laporan tersebut, sekelompok keluarga mengajukan pengaduan resmi kepada kepala sekolah dan Departemen Pendidikan Umum di Teheran, dan mengancam akan menarik putri mereka dari institusi tersebut.
Namun, Departemen Pendidikan diduga memperingatkan siswa dan keluarga mereka tentang kemungkinan dampaknya, termasuk kemungkinan dilaporkan ke aparat keamanan.
Kematian Mahsa Amini, seorang wanita Kurdi Iran berusia 22 tahun yang meninggal pada 16 September setelah ditangkap oleh polisi moralitas di Teheran karena diduga melanggar aturan berpakaian yang ketat untuk wanita, memicu protes berbulan-bulan yang dengan cepat meningkat menjadi seruan untuk penggulingan Republik Islam.
Para siswi di seluruh Iran bergabung dalam protes yang dipicu oleh kematian Amini. Banyak video di media sosial menunjukkan mereka melepas jilbab dan meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah, termasuk di lingkungan sekolah.
Selama tiga bulan terakhir, ratusan kasus gangguan pernapasan telah dilaporkan di antara siswi sekolah di Iran, dengan beberapa di antaranya perlu dirawat di rumah sakit.
Seorang anggota parlemen Iran pada hari Rabu mengatakan bahwa sekitar 1.200 siswi telah diracuni dalam beberapa hari terakhir di dua kota berbeda.
Beberapa orang Iran, termasuk aktivis terkemuka, menyalahkan rezim atas insiden itu. Mereka mengatakan bahwa itu adalah serangan yang disengaja dan bentuk balas dendam terhadap siswi karena berpartisipasi dalam aksi protes.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(ian)
tulis komentar anda