Alasan AS Tembak Balon China dengan Rudal Rp6 Miliar dan Jet Tempur Rp3,2 Triliun
Selasa, 07 Februari 2023 - 10:03 WIB
WASHINGTON - Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) telah menembak jatuh balon mata-mata China pada Sabtu pekan lalu dengan aset tempur yang sangat mahal.
Balon ditembak oleh rudal AIM-9X Sidewinder seharga USD400.000 (lebih dari Rp6 miliar) dari jet tempur siluman F-22 Raptor seharga USD216 juta (lebih dari Rp3,2 triliun).
Laporan media-media Amerika menyebut total ada empat jet tempur yang dikerahkan untuk misi menembak jatuh balon mata-mata China yang terbang di atas daratan AS. Empat jet tempur itu adalah dua pesawat F-22 dan dua pesawat F-15.
Yang menjalankan eksekusi adalah salah satu dari dua jet tempur F-22 Raptor menggunakan misil AIM-9x Sidewinder A2A.
Pada hari Jumat, 3 Februari 2023, China mengakui bahwa balon raksasa yang melayang di atas negara bagian Montana, AS, adalah milik mereka, tetapi mengeklaim bahwa itu adalah balon cuaca dan bukan balon mata-mata.
Kemudian pada hari Jumat yang sama, balon kedua terlihat di atas Amerika Latin. Butuh China 3 hari lagi untuk mengakui bahwa itu milik mereka.
Balon cuaca adalah hal biasa—ribuan balon diluncurkan setiap hari di seluruh dunia untuk mengumpulkan informasi tentang suhu, angin, dan kelembapan di bagian atas atmosfer.
Balon cuaca tidak terlalu besar—mengembang dari diameter 6 kaki (1,8 meter) hingga 20 kaki (6 meter) saat naik di ketinggian. Muatan mereka juga kecil, terdiri dari sebuah kotak kecil dengan beberapa sensor.
Sedangkan balon China yang ditembak jatuh oleh Angkatan Udara AS tidak hanya jauh lebih besar dengan lebar sekitar 90 kaki (27,5 meter), tetapi juga memiliki muatan yang sangat besar yang mencakup panel surya besar, dan bahkan baling-baling untuk mengontrol pergerakannya.
"Jenis balon cuaca yang diluncurkan dua kali sehari dari kantor Layanan Cuaca biasanya hanyalah sebuah kotak kecil yang memiliki sensor suhu, sensor kelembaban relatif, sensor tekanan, dan pemancar kecil. Berdasarkan foto-foto yang beredar, jelas ada lebih banyak peralatan yang satu ini," kata Alexandra Anderson-Frey, Profesor Ilmu Atmosfer di University of Washington, seperti dikutip TIME.
Balon cuaca asli juga tidak melakukan perjalanan jauh—mereka biasanya naik ke ketinggian dan tetap di sana. Balon mata-mata, di sisi lain, perlu menempuh jarak jauh. Balon China ini telah melakukan perjalanan jauh dari China ke Alaska kemudian ke Kanada, sebelum mencapai benua Amerika Serikat.
"[Balon cuaca standar] naik ke atas satu tempat tertentu dan hingga sekitar 50.000 kaki di atmosfer, dan selesai sudah. Mereka tidak menempuh jarak yang jauh, jadi menurut saya ada perbedaan yang cukup signifikan antara balon cuaca biasa dan balon yang dilaporkan ini," kata Jonathan Porter, Kepala Ahli Meteorologi di Accuweather.
Belum ada penjelasan resmi mengapa Angkatan Udara AS menembak jatuh balon mata-mata China dengan aset tempur yang begitu mahal. Namun, dari analisis di lapangan ada beberapa hal yang mendukung alasan mengapa Amerika melakukan hal itu.
Fakta bahwa balon mata-mata China itu beroperasi di ketinggian yang sangat tinggi sekitar 65.000 kaki—itu 20 km di atas permukaan tanah.
F-22 Raptor kemungkinan dipilih untuk tugas itu karena paling mampu terbang ke ketinggian setinggi itu sambil membawa rudal.
Pada akhirnya, F-22 Raptor dengan callsign "FRANK01" mencapai ketinggian 58.000 kaki (17,7 km) sebelum menembakkan rudal Sidewinder AIM-9X ke balon tersebut. Itu adalah "pembunuhan pertempuran udara-ke-udara" pertama untuk F-22.
Meski terkesan sangat mahal, AIM-9X Sidewinder justru menjadi rudal udara-ke-udara terkecil dan termurah di gudang senjata Angkatan Udara AS.
Balon ditembak oleh rudal AIM-9X Sidewinder seharga USD400.000 (lebih dari Rp6 miliar) dari jet tempur siluman F-22 Raptor seharga USD216 juta (lebih dari Rp3,2 triliun).
Laporan media-media Amerika menyebut total ada empat jet tempur yang dikerahkan untuk misi menembak jatuh balon mata-mata China yang terbang di atas daratan AS. Empat jet tempur itu adalah dua pesawat F-22 dan dua pesawat F-15.
Yang menjalankan eksekusi adalah salah satu dari dua jet tempur F-22 Raptor menggunakan misil AIM-9x Sidewinder A2A.
Pada hari Jumat, 3 Februari 2023, China mengakui bahwa balon raksasa yang melayang di atas negara bagian Montana, AS, adalah milik mereka, tetapi mengeklaim bahwa itu adalah balon cuaca dan bukan balon mata-mata.
Baca Juga
Kemudian pada hari Jumat yang sama, balon kedua terlihat di atas Amerika Latin. Butuh China 3 hari lagi untuk mengakui bahwa itu milik mereka.
Balon cuaca adalah hal biasa—ribuan balon diluncurkan setiap hari di seluruh dunia untuk mengumpulkan informasi tentang suhu, angin, dan kelembapan di bagian atas atmosfer.
Balon cuaca tidak terlalu besar—mengembang dari diameter 6 kaki (1,8 meter) hingga 20 kaki (6 meter) saat naik di ketinggian. Muatan mereka juga kecil, terdiri dari sebuah kotak kecil dengan beberapa sensor.
Sedangkan balon China yang ditembak jatuh oleh Angkatan Udara AS tidak hanya jauh lebih besar dengan lebar sekitar 90 kaki (27,5 meter), tetapi juga memiliki muatan yang sangat besar yang mencakup panel surya besar, dan bahkan baling-baling untuk mengontrol pergerakannya.
"Jenis balon cuaca yang diluncurkan dua kali sehari dari kantor Layanan Cuaca biasanya hanyalah sebuah kotak kecil yang memiliki sensor suhu, sensor kelembaban relatif, sensor tekanan, dan pemancar kecil. Berdasarkan foto-foto yang beredar, jelas ada lebih banyak peralatan yang satu ini," kata Alexandra Anderson-Frey, Profesor Ilmu Atmosfer di University of Washington, seperti dikutip TIME.
Balon cuaca asli juga tidak melakukan perjalanan jauh—mereka biasanya naik ke ketinggian dan tetap di sana. Balon mata-mata, di sisi lain, perlu menempuh jarak jauh. Balon China ini telah melakukan perjalanan jauh dari China ke Alaska kemudian ke Kanada, sebelum mencapai benua Amerika Serikat.
"[Balon cuaca standar] naik ke atas satu tempat tertentu dan hingga sekitar 50.000 kaki di atmosfer, dan selesai sudah. Mereka tidak menempuh jarak yang jauh, jadi menurut saya ada perbedaan yang cukup signifikan antara balon cuaca biasa dan balon yang dilaporkan ini," kata Jonathan Porter, Kepala Ahli Meteorologi di Accuweather.
Belum ada penjelasan resmi mengapa Angkatan Udara AS menembak jatuh balon mata-mata China dengan aset tempur yang begitu mahal. Namun, dari analisis di lapangan ada beberapa hal yang mendukung alasan mengapa Amerika melakukan hal itu.
Fakta bahwa balon mata-mata China itu beroperasi di ketinggian yang sangat tinggi sekitar 65.000 kaki—itu 20 km di atas permukaan tanah.
F-22 Raptor kemungkinan dipilih untuk tugas itu karena paling mampu terbang ke ketinggian setinggi itu sambil membawa rudal.
Pada akhirnya, F-22 Raptor dengan callsign "FRANK01" mencapai ketinggian 58.000 kaki (17,7 km) sebelum menembakkan rudal Sidewinder AIM-9X ke balon tersebut. Itu adalah "pembunuhan pertempuran udara-ke-udara" pertama untuk F-22.
Meski terkesan sangat mahal, AIM-9X Sidewinder justru menjadi rudal udara-ke-udara terkecil dan termurah di gudang senjata Angkatan Udara AS.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda