Kehidupan Kaum Muslim Swedia, Sering Dapat Diskriminasi
Rabu, 01 Februari 2023 - 18:00 WIB
STOCKHOLM - Swedia adalah negara yang belakangan ini banyak mendapat sorotan. Sebab, negara tersebut menjadi lokasi pembakaran Al-Quran yang dilakukan oleh Rasmus Paludan, seorang politikus sayap kanan yang juga ekstremis asal Denmark.
Peristiwa tersebut terjadi tepatnya di Stockholm, pada 21 Januari 2023. Akibat kejadian itu, banyak pihak yang mengecam dan mengutuk, karena dianggap sudah mencederai toleransi beragama.
Salah satu pihak di Indonesia yang mengecam aksi Paludan adalah Pimpinan Pusat Syarikat Islam. Melansir Okezone, Sekjen PP Syarikat Islam Ferry Julianto menganggap bahwa hal tersebut merupakan contoh Islamophobia akut. Padahal, Swedia adalah negara yang sangat menjunjung tinggi demokrasi dan HAM, namun justru membiarkan bahkan memfasilitasi seseorang membakar kitab suci agama lain.
Selain itu, pemerintah Amerika Serikat (AS) juga sangat mengutuk pembakaran Al Quran itu. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan, apa yang dilakukan Paludan adalah hal keji sekaligus menjijikkan.
Islam adalah agama minoritas di Swedia. Melansir laman Cultural Atlas, sekitar 60% masyarakat Swedia mengidentifikasi dirinya sebagai Lutheran. Sementara, 8,5% populasi menganut agama lain, seperti Katolik, Yudaisme, dan Islam.
Sebanyak 31,1% masyarakat Swedia memilih untuk tidak menentukan agamanya. Sebagian besar masyarakat Swedia bangga dengan toleransi beragama dan demokrasi yang berjalan baik di negaranya. Namun, hal itu tercoreng karena aksi pembakaran Al Quran.
Dalam laporan Muslims in the EU yang dipublikasikan dalam jurnal JSTOR, populasi Muslim di Swedia disebutkan antara 250 ribu sampai 400 ribu orang, atau 1,8% hingga 4,4% saja dari total masyarakat secara keseluruhan, yang mencapai 9 juta orang. Pada tahun 2050 mendatang, populasi Muslim di Swedia diperkirakan mencapai 1,13 juta orang, atau 11,1% dari total populasi. Lantas, bagaimana kehidupan umat Islam di Swedia?
Umat Islam di Swedia cukup rentan mengalami diskriminasi serta penodaan agama, salah satunya dengan melihat langsung peristiwa pembakaran Alquran di depan umum oleh Paludan. Pada tahun 2014, ada sebuah masjid di kota Eskilstuna, Swedia yang menjadi sasaran pembakaran.
Peristiwa itu menyebabkan 5 orang mengalami luka. Salah seorang saksi mengatakan bahwa api muncul usai seseorang melemparkan sesuatu ke dalam masjid. Usai kejadian itu, polisi menjaga lokasi di sekitar masjid. Diketahui, pembakaran masjid dipicu adanya perdebatan jumlah imigran yang diizinkan masuk ke Swedia.
Negara Skandinavia itu adalah favorit bagi masyarakat pencari suaka. Apalagi, kebijakan pemerintah kepada para imigran tidaklah terlalu ketat. Antara tahun 2010-2019, Swedia memberikan lebih dari 400 ribu suaka dan reunifikasi bagi para imigran.
Peristiwa tersebut terjadi tepatnya di Stockholm, pada 21 Januari 2023. Akibat kejadian itu, banyak pihak yang mengecam dan mengutuk, karena dianggap sudah mencederai toleransi beragama.
Salah satu pihak di Indonesia yang mengecam aksi Paludan adalah Pimpinan Pusat Syarikat Islam. Melansir Okezone, Sekjen PP Syarikat Islam Ferry Julianto menganggap bahwa hal tersebut merupakan contoh Islamophobia akut. Padahal, Swedia adalah negara yang sangat menjunjung tinggi demokrasi dan HAM, namun justru membiarkan bahkan memfasilitasi seseorang membakar kitab suci agama lain.
Selain itu, pemerintah Amerika Serikat (AS) juga sangat mengutuk pembakaran Al Quran itu. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan, apa yang dilakukan Paludan adalah hal keji sekaligus menjijikkan.
Islam adalah agama minoritas di Swedia. Melansir laman Cultural Atlas, sekitar 60% masyarakat Swedia mengidentifikasi dirinya sebagai Lutheran. Sementara, 8,5% populasi menganut agama lain, seperti Katolik, Yudaisme, dan Islam.
Sebanyak 31,1% masyarakat Swedia memilih untuk tidak menentukan agamanya. Sebagian besar masyarakat Swedia bangga dengan toleransi beragama dan demokrasi yang berjalan baik di negaranya. Namun, hal itu tercoreng karena aksi pembakaran Al Quran.
Dalam laporan Muslims in the EU yang dipublikasikan dalam jurnal JSTOR, populasi Muslim di Swedia disebutkan antara 250 ribu sampai 400 ribu orang, atau 1,8% hingga 4,4% saja dari total masyarakat secara keseluruhan, yang mencapai 9 juta orang. Pada tahun 2050 mendatang, populasi Muslim di Swedia diperkirakan mencapai 1,13 juta orang, atau 11,1% dari total populasi. Lantas, bagaimana kehidupan umat Islam di Swedia?
Umat Islam di Swedia cukup rentan mengalami diskriminasi serta penodaan agama, salah satunya dengan melihat langsung peristiwa pembakaran Alquran di depan umum oleh Paludan. Pada tahun 2014, ada sebuah masjid di kota Eskilstuna, Swedia yang menjadi sasaran pembakaran.
Peristiwa itu menyebabkan 5 orang mengalami luka. Salah seorang saksi mengatakan bahwa api muncul usai seseorang melemparkan sesuatu ke dalam masjid. Usai kejadian itu, polisi menjaga lokasi di sekitar masjid. Diketahui, pembakaran masjid dipicu adanya perdebatan jumlah imigran yang diizinkan masuk ke Swedia.
Negara Skandinavia itu adalah favorit bagi masyarakat pencari suaka. Apalagi, kebijakan pemerintah kepada para imigran tidaklah terlalu ketat. Antara tahun 2010-2019, Swedia memberikan lebih dari 400 ribu suaka dan reunifikasi bagi para imigran.
(esn)
Lihat Juga :
tulis komentar anda