Ukraina: Pembicaraan 'Jalur Cepat' Sedang Berlangsung untuk Rudal dan Jet Tempur
Minggu, 29 Januari 2023 - 10:20 WIB
KIEV - Ukraina dan sekutu Baratnya terlibat pembicaraan "jalur cepat" tentang kemungkinan melengkapi negara itu dengan rudal jarak jauh dan jet tempur . Hal itu diungkapkan seorang pembantu presiden Ukraina.
Penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Mykhailo Podolyak, mengatakan para pendukung Ukraina di Barat memahami bagaimana perang berkembang dan kebutuhan untuk memasok pesawat yang mampu memberikan perlindungan bagi kendaraan tempur lapis baja yang dijanjikan Amerika Serikat (AS) dan Jerman awal bulan ini.
Namun, dalam sambutannya kepada saluran video online Freedom, Podolyak mengatakan bahwa beberapa mitra Barat Ukraina mempertahankan sikap "konservatif" terhadap pengiriman senjata, karena takut akan perubahan dalam arsitektur internasional.
Rusia dan Korea Utara (Korut) menuduh Barat memperpanjang dan mengambil peran langsung dalam perang dengan mengirimkan senjata yang semakin canggih ke Kiev.
“Kita perlu bekerja dengan ini. Kita harus menunjukkan (mitra kita) gambaran sebenarnya dari perang ini,” kata Podolyak, tanpa menyebut nama negara tertentu.
“Kita harus berbicara secara wajar dan memberi tahu mereka, misalnya, 'Ini dan ini akan mengurangi korban jiwa, ini akan mengurangi beban infrastruktur. Ini akan mengurangi ancaman keamanan ke benua Eropa, ini akan membuat perang tetap terlokalisasi.’ Dan kami sedang melakukannya,” tuturnya seperti dikutip dari AP, Minggu (29/1/2023).
Podolyak mengatakan Ukraina membutuhkan pasokan rudal jarak jauh Barat untuk secara drastis membatasi alat utama tentara Rusia dengan menghancurkan gudang tempat menyimpan artileri meriam yang digunakan di garis depan.
Sebelumnya, AS dan Jerman pada Rabu sepakat untuk berbagi tank canggih mereka dengan Ukraina bersama dengan kendaraan Bradley dan Marder yang dijanjikan sebelumnya.
Pengumuman Presiden Joe Biden bahwa AS akan mengirim 31 tank M1 Abrams ke Ukraina membalikkan argumen berbulan-bulan oleh Washington bahwa mereka terlalu sulit untuk dioperasikan dan dipelihara oleh pasukan Ukraina.
Keputusan AS membujuk Kanselir Jerman Olaf Scholz untuk setuju mengirim 14 tank Leopard 2 dari stok Jerman. Tidak hanya itu, Berlin juga mengizinkan negara-negara Eropa yang memiliki tank Leopard mengirim sebagian dari mereka.
Penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Mykhailo Podolyak, mengatakan para pendukung Ukraina di Barat memahami bagaimana perang berkembang dan kebutuhan untuk memasok pesawat yang mampu memberikan perlindungan bagi kendaraan tempur lapis baja yang dijanjikan Amerika Serikat (AS) dan Jerman awal bulan ini.
Namun, dalam sambutannya kepada saluran video online Freedom, Podolyak mengatakan bahwa beberapa mitra Barat Ukraina mempertahankan sikap "konservatif" terhadap pengiriman senjata, karena takut akan perubahan dalam arsitektur internasional.
Rusia dan Korea Utara (Korut) menuduh Barat memperpanjang dan mengambil peran langsung dalam perang dengan mengirimkan senjata yang semakin canggih ke Kiev.
“Kita perlu bekerja dengan ini. Kita harus menunjukkan (mitra kita) gambaran sebenarnya dari perang ini,” kata Podolyak, tanpa menyebut nama negara tertentu.
“Kita harus berbicara secara wajar dan memberi tahu mereka, misalnya, 'Ini dan ini akan mengurangi korban jiwa, ini akan mengurangi beban infrastruktur. Ini akan mengurangi ancaman keamanan ke benua Eropa, ini akan membuat perang tetap terlokalisasi.’ Dan kami sedang melakukannya,” tuturnya seperti dikutip dari AP, Minggu (29/1/2023).
Podolyak mengatakan Ukraina membutuhkan pasokan rudal jarak jauh Barat untuk secara drastis membatasi alat utama tentara Rusia dengan menghancurkan gudang tempat menyimpan artileri meriam yang digunakan di garis depan.
Sebelumnya, AS dan Jerman pada Rabu sepakat untuk berbagi tank canggih mereka dengan Ukraina bersama dengan kendaraan Bradley dan Marder yang dijanjikan sebelumnya.
Pengumuman Presiden Joe Biden bahwa AS akan mengirim 31 tank M1 Abrams ke Ukraina membalikkan argumen berbulan-bulan oleh Washington bahwa mereka terlalu sulit untuk dioperasikan dan dipelihara oleh pasukan Ukraina.
Keputusan AS membujuk Kanselir Jerman Olaf Scholz untuk setuju mengirim 14 tank Leopard 2 dari stok Jerman. Tidak hanya itu, Berlin juga mengizinkan negara-negara Eropa yang memiliki tank Leopard mengirim sebagian dari mereka.
(ian)
tulis komentar anda