Radikalisme dan Terorisme Jadi Bahasan dalam KTT ASEAN
A
A
A
JAKARTA - Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN, I Gusti Wesaka Puja pada Kamis (30/4/2015) menyatakan, isu terorisme dan radikalisme turut dibahas dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) antara pemimpin negara ASEAN di Malaysia, akhir pekan lalu. Bahkan, dalam pembahasan itu muncul sebuah dokumen yang disebut sebagai deklarasi Langkawi.
"Di KTT kemarin baru dikeluarkan deklarasi Langkawi, namanya Declaration on the Global Movemen on Moderates. Ke depannya memang yang diharapkan itu kita bangun sebuah budaya dulu, budaya toleransi, budaya yang menghormati perbedaan." jelasnya.
"Tetapi di sisi lainnya, kita harus mewaspadai adanya gerakan-gerakan ekstrimisme fundamentalis yang dapat mengancam stabilitas negara dan stabilitas di kawasan ASEAN secara keseluruhan. Diharapkan ke depannya ada suatu bentuk kerja sama," kata Puja.
Dirinya juga menuturkan, di KTT ASEAN bukan hanya membahas bagaimana mengatasi gerakan-gerakan ekstrimis dan terorisme ini, tetapi juga bagaimana negara ASEAN bersama-sama mencari akar masalah, dan mengetahui mengapa banyak individu yang begitu mudah di cuci otaknya dan bergabung dengan kelompok militan di Timur Tengah.
Disinggung mengenai apakah dokumen ini terkait dengan perkembangan ISIS di seluruh dunia, Puja tidak menampik hal tersebut. Menurutnya, perkembangan ISIS menjadi salah satu keprihatinan Kepala Negara ASEAN.
"Ya, dalam konteks itulah. Kan ada ISIS, ISIL, apapun namanya, ada keprihatinan dari Kepala Negara bahwa masyarakat kita harus dilindungi dari pengaruh-pengaruh tersebut. Juga harus dilindungi dari upaya-upaya cuci otak agar tidak ikut dalam gerakan-gerakan tersebut," sambungnya.
Isu mengenai ISIS dan ekstremisme, lanjut Puja, kemungkinan akan turut menjadi bahasan dalam ASEAN Defense Minister Meeting (ADMM), karena terkait dengan keamanan negara ASEAN.
“ADMM biasanya membahas isu tersebut. Sebab, ini berkaitan dengan masalah keamanan. Radikalisme dan ekstremisme berkaitan dengan keamanan dan mau tidak mau menjadi bagian dari ADMM,” tutupnya.
"Di KTT kemarin baru dikeluarkan deklarasi Langkawi, namanya Declaration on the Global Movemen on Moderates. Ke depannya memang yang diharapkan itu kita bangun sebuah budaya dulu, budaya toleransi, budaya yang menghormati perbedaan." jelasnya.
"Tetapi di sisi lainnya, kita harus mewaspadai adanya gerakan-gerakan ekstrimisme fundamentalis yang dapat mengancam stabilitas negara dan stabilitas di kawasan ASEAN secara keseluruhan. Diharapkan ke depannya ada suatu bentuk kerja sama," kata Puja.
Dirinya juga menuturkan, di KTT ASEAN bukan hanya membahas bagaimana mengatasi gerakan-gerakan ekstrimis dan terorisme ini, tetapi juga bagaimana negara ASEAN bersama-sama mencari akar masalah, dan mengetahui mengapa banyak individu yang begitu mudah di cuci otaknya dan bergabung dengan kelompok militan di Timur Tengah.
Disinggung mengenai apakah dokumen ini terkait dengan perkembangan ISIS di seluruh dunia, Puja tidak menampik hal tersebut. Menurutnya, perkembangan ISIS menjadi salah satu keprihatinan Kepala Negara ASEAN.
"Ya, dalam konteks itulah. Kan ada ISIS, ISIL, apapun namanya, ada keprihatinan dari Kepala Negara bahwa masyarakat kita harus dilindungi dari pengaruh-pengaruh tersebut. Juga harus dilindungi dari upaya-upaya cuci otak agar tidak ikut dalam gerakan-gerakan tersebut," sambungnya.
Isu mengenai ISIS dan ekstremisme, lanjut Puja, kemungkinan akan turut menjadi bahasan dalam ASEAN Defense Minister Meeting (ADMM), karena terkait dengan keamanan negara ASEAN.
“ADMM biasanya membahas isu tersebut. Sebab, ini berkaitan dengan masalah keamanan. Radikalisme dan ekstremisme berkaitan dengan keamanan dan mau tidak mau menjadi bagian dari ADMM,” tutupnya.
(esn)