Perang Mencekam di Aden, Puluhan Orang Terbunuh
A
A
A
ADEN - Perang mencekam kembali pecah di kawasan pusat Koata Aden, Yaman, antara milisi Houthi yang dibantu pasukan sekutunya dengan milisi lokal. Perang yang berlangsung pada hari Minggu itu menewaskan puluhan orang.
Kelompok pemberontak Houthi telah berupaya merebut Kota Aden, sebuah kota pijakan terakhir Presiden Yaman, Abed Rabbo Mansour Hadi yang merupakan sekutu Arab Saudi. Aden jadi medan tempur sejak Saudi dan koalisi Teluk melakukan agresi militer di Yaman dalam 11 hari terakhir.
Kelompok Houthi telah bersekutu dengan pasukan loyalis mantan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, untuk melawan agresi koalisi Teluk. Agresi militer itu merupakan permintaan Presiden Hadi setelah dia kewalahan melawan serangan milisi Houthi.
Sejumlah saksi mata di Aden mengatakan, korban tewas dalam pertempuran yang mencekam hari Minggu kemarin mencapai lebih dari 40 orang. PBB telah menaruh keprihatinan atas perang di Yaman, setelah korban sipil mulai berjatuhan. Data PBB menyebut lebih dari 500 orang tewas dalam pertempuran yang hampir berlangsung dua pekan.
Komite Internasional Palang Merah (ICRC) telah mengajukan “jeda kemanusiaan” selama 24 jam terhadap semua pihak yang berkonflik di Yaman. Tujuannya, agar memudahkan penyaluran bantuan kemanusiaan ke Yaman.
ICRC sempat menyalahkan Saudi dan koalisi Teluk karena dianggap menghambat penyaluran bantuan kemanusiaan yang sudah mendesak di Yaman. ICRC mengirim dua pesawat berisi staf medis dan obat-obatan ke Yaman pada hari Senin (6/4/2015).
Juru bicara koalisi Teluk, Brigadir Jenderal Ahmed Asseri, seperti dikutip Reuters, mengatakan penyaluran bantuan ICRC telah disetujui, tapi mendadak dibatalkan karena ada masalah soal penerbangan.
Sementara itu, seorang sumber dari pasukan loyalis Presiden Hadi, mengatakan, sebanyak 36 milisi Houthi dan beberapa pasukan sekutu tewas dalam pertempuran di Distrik Mualla, pusat Kota Aden. Sedangkan 11 pasukan loyalis Presiden Hadi juga ikut tewas.
”Ada mayat di jalan-jalan dan kita tidak bisa mendekat karena ada penembak jitu Houthi di atap. Siapa pun yang mendekat, mereka tembak. Dan penembakan di Mualla telah dilakukan sembarangan,” ujar seorang dokter di dekat lokasi kejadian kepada Reuters.
Kelompok pemberontak Houthi telah berupaya merebut Kota Aden, sebuah kota pijakan terakhir Presiden Yaman, Abed Rabbo Mansour Hadi yang merupakan sekutu Arab Saudi. Aden jadi medan tempur sejak Saudi dan koalisi Teluk melakukan agresi militer di Yaman dalam 11 hari terakhir.
Kelompok Houthi telah bersekutu dengan pasukan loyalis mantan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, untuk melawan agresi koalisi Teluk. Agresi militer itu merupakan permintaan Presiden Hadi setelah dia kewalahan melawan serangan milisi Houthi.
Sejumlah saksi mata di Aden mengatakan, korban tewas dalam pertempuran yang mencekam hari Minggu kemarin mencapai lebih dari 40 orang. PBB telah menaruh keprihatinan atas perang di Yaman, setelah korban sipil mulai berjatuhan. Data PBB menyebut lebih dari 500 orang tewas dalam pertempuran yang hampir berlangsung dua pekan.
Komite Internasional Palang Merah (ICRC) telah mengajukan “jeda kemanusiaan” selama 24 jam terhadap semua pihak yang berkonflik di Yaman. Tujuannya, agar memudahkan penyaluran bantuan kemanusiaan ke Yaman.
ICRC sempat menyalahkan Saudi dan koalisi Teluk karena dianggap menghambat penyaluran bantuan kemanusiaan yang sudah mendesak di Yaman. ICRC mengirim dua pesawat berisi staf medis dan obat-obatan ke Yaman pada hari Senin (6/4/2015).
Juru bicara koalisi Teluk, Brigadir Jenderal Ahmed Asseri, seperti dikutip Reuters, mengatakan penyaluran bantuan ICRC telah disetujui, tapi mendadak dibatalkan karena ada masalah soal penerbangan.
Sementara itu, seorang sumber dari pasukan loyalis Presiden Hadi, mengatakan, sebanyak 36 milisi Houthi dan beberapa pasukan sekutu tewas dalam pertempuran di Distrik Mualla, pusat Kota Aden. Sedangkan 11 pasukan loyalis Presiden Hadi juga ikut tewas.
”Ada mayat di jalan-jalan dan kita tidak bisa mendekat karena ada penembak jitu Houthi di atap. Siapa pun yang mendekat, mereka tembak. Dan penembakan di Mualla telah dilakukan sembarangan,” ujar seorang dokter di dekat lokasi kejadian kepada Reuters.
(mas)