Cerita Menegangkan Tim Evakuasi WNI di Yaman

Minggu, 05 April 2015 - 10:55 WIB
Cerita Menegangkan Tim Evakuasi WNI di Yaman
Cerita Menegangkan Tim Evakuasi WNI di Yaman
A A A
JAKARTA - Tim evakusi Warga Negara Indonesia (WNI) di Yaman berbagi kisah menegangkan selama perjalanan untuk proses evakuasi di negara yang dilanda perang tersebut. Tim evakusi telah menempuh jalan terjal dan berliku selama 21 jam.

Tim percepatan evakuasi itu berhasil masuk ke Tarim, wilayah Yaman bagian Timur, sekitar 640 Km dari Ibu Kota Sanaa dan sekitar 848 Km dari Salalah, Oman. Mereka memasuki Tarim, pada Sabtu (4/4/2015) pukul 06.00 pagi.

”Kami harus berganti kendaraan sebanyak empat kali untuk sampai ke Tarim ini, karena tidak ada alat transportasi umum, seperti bus, sehingga harus menyewa kendaraan pribadi,” kata Ketua Tim Evakuasi untuk wilayah Salalah, Yusron B. Ambary, seperti pemberitaan di situs resmi Kementerian Luar Negeri Indonesia, Minggu (5/4/2015).

”Selain itu sepanjang jalan, tim harus melalui pemeriksaan sebanyak lebih dari lima kali,” lanjut Yusron. Begitu sampai di Tarim, mereka bertemu dengan Ketua PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) Tarim. Tim tersebut lantas menyusun rencana yang akan dilakukan dalam waktu dekat.

Rencananya, tim akan bertemu dengan pimpinan Ribath Tarim (semacam pondok pesantren) dan sekitar 300 mahasiswa di Ribath tersebut. Mereka juga akan melakukan pertemuan dengan Dekan Fakultas Syariah Universitas al-Ahqaf, di mana 540 mahasiswa sedang menempuh pendidikan tinggi di universitas ini.

Tim evakusi akan menjajaki kemungkinan penggunaan Bandara Seiyun,Tarim (32 Km dari Kota Tarim), dan bertemu dengan otoritas bandara. Pada malam harinya, tim merencanakan untuk bertemu dengan sekitar 300 mahasiswa yang berada di wilayah Hadramaut dan sekitarnya.

Awalnya, tim akan menjadikan Ibu Kota Hadramaut, Mukalla, sebagai titik pusat koordinasi untuk mengumpulkan mahasiswa dan pelajar Indonesia. Namun, menyusul insiden penyerangan bersenjata yang dilakukan oleh al-Qaeda, saat ini Mukalla dalam keadaan kurang kondusif.

Setelah melihat kondisi yang berkembang lapangan, tim berencana menjadikan Tarim sebagai titik pusat koordinasi mahasiswa pelajar dan mahasiswa. Di Tarim sendiri ada sekitar 1.500 WNI.

Setelah mahasiswa yang akan dievakuasi dikumpulkan dalam safe house di Tarim, mereka akan diaarahkan ke Salalah, Oman, baik melalui bus maupun pesawat dari bandara Seiyun untuk selanjutnya diterbangkan menuju Jakarta.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6607 seconds (0.1#10.140)