Megacity, Proyek Presitisius Saudi Jika Minyak Habis
A
A
A
JEDDAH - Pemerintah Kerajaan Arab Saudi sedang membangun empat kota baru di padang gurun yang dikenal sebagai proyek megacity. Itu merupakan proyek prestisius untuk masa depan ekonomi negara itu jika suatu saat minyak Saudi habis.
Salah satu dari empat kota baru yang sedang dibangun itu bernama King Abdullah Economy City (KAEC). Kota ini terletak di antara Laut Merah dan padang gurun. Butuh setengah jam perjalanan jika ditempuh dari utara Jeddah.
Kota yang jadi masa depan Saudi itu sedang dibangun untuk dua juta warga. Di kota baru itu juga telah disiapkan infrastruktur transportasi, kesehatan, pendidikan, perumahan dan lapangan kerja.
KAEC dibangun sesuai desain di komputer dan akan menghabiskan biaya US$100 miliar untuk menyelesaikannya. Menurut Fadi Al-Rasheed, Direktur Emaar Economi City, perusahaan Saudi yang menjalankan seluruh proyek KAEC, generasi baru Saudi akan tinggal di kota baru dengan gaya hidup modern.
Calon penghuni kota baru itu saat ini sedang studi di luar negeri. ”Kami memiliki hampir 200 ribu warga Saudi yang belajar di luar negeri. Mau tidak mau, mereka akan mengubah hal-hal baru ketika mereka pulang,” kata Rasheed.
Hebatnya, tampilan bangunan di kota baru Saudi yang sedang dibangun itu akan lebih besar dari Washington DC, Amerika Serikat (AS). KAEC juga dilengkapi dengan pelabuhan megah.
”Kami bertujuan untuk menciptakan salah satu pelabuhan terbesar di dunia,” kata Rayan Bukhari, seorang manajer muda di pelabuhan King Abdullah, seperti dilansir BBC, Jumat (20/3/2015). ”Kami tidak bersaing dengan pelabuhan Islam Jeddah. Tapi kami akan mengambil bisnis dari Jebel Ali di Dubai. Karena itu lebih cepat.”
Menurut Bukhari, Raja Abdullah pernah bertekad untuk melibatkan sektor swasta dalam pembangunan ekonomi negara. Selain pelabuhan terbesar di dunia, KAEC juga akan dilengkapi stasiun kereta api modern bernama stasiun Haramain. Stasiun ini digarap arsitek Inggris, Norman Foster.
Salah satu dari empat kota baru yang sedang dibangun itu bernama King Abdullah Economy City (KAEC). Kota ini terletak di antara Laut Merah dan padang gurun. Butuh setengah jam perjalanan jika ditempuh dari utara Jeddah.
Kota yang jadi masa depan Saudi itu sedang dibangun untuk dua juta warga. Di kota baru itu juga telah disiapkan infrastruktur transportasi, kesehatan, pendidikan, perumahan dan lapangan kerja.
KAEC dibangun sesuai desain di komputer dan akan menghabiskan biaya US$100 miliar untuk menyelesaikannya. Menurut Fadi Al-Rasheed, Direktur Emaar Economi City, perusahaan Saudi yang menjalankan seluruh proyek KAEC, generasi baru Saudi akan tinggal di kota baru dengan gaya hidup modern.
Calon penghuni kota baru itu saat ini sedang studi di luar negeri. ”Kami memiliki hampir 200 ribu warga Saudi yang belajar di luar negeri. Mau tidak mau, mereka akan mengubah hal-hal baru ketika mereka pulang,” kata Rasheed.
Hebatnya, tampilan bangunan di kota baru Saudi yang sedang dibangun itu akan lebih besar dari Washington DC, Amerika Serikat (AS). KAEC juga dilengkapi dengan pelabuhan megah.
”Kami bertujuan untuk menciptakan salah satu pelabuhan terbesar di dunia,” kata Rayan Bukhari, seorang manajer muda di pelabuhan King Abdullah, seperti dilansir BBC, Jumat (20/3/2015). ”Kami tidak bersaing dengan pelabuhan Islam Jeddah. Tapi kami akan mengambil bisnis dari Jebel Ali di Dubai. Karena itu lebih cepat.”
Menurut Bukhari, Raja Abdullah pernah bertekad untuk melibatkan sektor swasta dalam pembangunan ekonomi negara. Selain pelabuhan terbesar di dunia, KAEC juga akan dilengkapi stasiun kereta api modern bernama stasiun Haramain. Stasiun ini digarap arsitek Inggris, Norman Foster.
(mas)