Kebiadaban ISIS di Irak, Bocah Disalib hingga Dikubur Hidup-hidup
A
A
A
MOSUL - Untuk kesekian kalinya aksi kebiadaban ISIS menghiasi laporan Komite PBB untuk Hak Anak. Komite itu membuka laporan penderitaan bocah-bocah dari kaum minoritas di Irak yang dipenggal, disalib, dijadikan budak seksual hingga dikubur hidup-hidup.
”Kami benar-benar sangat prihatin pada penyiksaan dan pembunuhan anak-anak, terutama mereka yang termasuk kaum minoritas, tetapi tidak hanya dari kaum minoritas,” kata Renate Winter, pejabat di Komite PBB.
Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang telah mengganti nama menjadi Negar Islam (IS), menurut komite itu, menargetkan anak-anak dari etnis Yazidi dan komunitas Kristen. Tapi, tidak hanya kaum minoritas, para pemuda Muslim Syiah dan Muslim Sunni juga turut jadi korban kekejaman ISIS.
”Kami telah menerima laporan dari anak-anak, terutama anak-anak yang mengalami gangguan mental yang telah digunakan sebagai pelaku pembom bunuh diri. Kemungkinan besar mereka tidak memahaminya,” ujar Winter kepada Reuters, Kamis (5/2/2015).
Winter juga menyoroti video online yang menunjukkan anak-anak berusia delapan tahun bahkan lebih muda dilatih sebagai prajurit untuk kelompok militan radikal itu.
Dalam laporannya, Komite PBB untuk Hak Anak mengutuk berbagai kekejaman ISIS di tanah Irak. ”Seperti pembunuhan sistematis terhadap anak, termasuk juga beberapa kasus eksekusi massal anak laki-laki, serta laporan pemenggalan, penyaliban anak dan mengubur anak hidup-hidup,” bunyi laporan komite PBB itu.
“ISIS juga telah berkomitmen melakukan kekerasan seksual sistematis pada pemuda di Irak, dengan melakukan penculikan dan perbudakan seksual pada anak,” lanjut laporan Komite PBB.
PBB menyerukan pemerintah Irak untuk menjauhkan anak-anak dari wilayah yang dikuasai ISIS. PBB juga meminta agar Irak mengadili para militan ISIS yang bertanggung jawab atas kekejaman yang mereka lakukan.
”Ada tugas negara untuk melindungi semua anak-anaknya. Intinya adalah bagaimana mereka melakukan itu dalam situasi seperti ini?,” ujar Winter. Laporan ini merupakan yang pertama kali mengungkap nasib anak-anak di Irak sejak tahun 1998.
Siapa Donatur ISIS?
Kelompok yang dipimpin Abu Bakar al-Baghdadi ini semakin hari semakin tenar dengan laporan kekejamannya. Tapi, mustahil kelompok ini bisa beraksi tanpa ada dukungan dana yang kuat. Lantas, siapa sejatinya donatur ISIS?
Rusia yang mempunyai pengaruh di PBB, kini mulai bergerak untuk memotong dana yang mengalir ke ISIS. Caranya, dengan merancang resolusi yang akan diajukan ke Dewan Keamanan PBB. Resolusi itu dibuat agar PBB menekan semua negara untuk memotong aliran dana yang mengalir ke ISIS.
Rusia tidak menyebut dana yang diperoleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) itu berasal dari oknum di negara mana. Namun, beberapa waktu lalu seorang pemimpin ISIS yang beroperasi di Pakistan, Yousaf al Salafi, mengaku menerima dana dari oknum di Amerika Serikat.
Rencana Rusia ini diumumkan setelah Dewan Keamanan PBB yang terdiri dari 15 negara mengutuk aksi militan ISIS yang membakar hidup-hidup pilot Yordania, Mouath al-Kasaesbeh.
”Kami sedang mempersiapkan (resolusi) dan kami berharap itu akan diadopsi oleh Dewan Keamanan PBB dalam beberapa hari mendatang,” bunyi pernyataan Duta Besar Rusia untuk PBB yang disampaikan melalui seorang juru bicara.
Resolusi dari Rusia itu akan fokus pada tiga sumber utama pendapatan ISIS. Yakni, penjualan barang antik dan tebusan dari sandera.
Resolusi itu akan menuntut semua negara agar tidak membeli minyak dari ISIS serta berhenti membayar uang tebusan sandera. Selain itu, resolusi Rusia juga akan menuntut semua negara agar tidak membeli barang antik hasil jarahan ISIS.
”Kita tahu bahwa rezim Suriah telah membeli minyak, Turki juga telah membeli minyak,” ujar diplomat Barat yang menolak diidentifikasi karena isu itu sensitif.
”Kami benar-benar sangat prihatin pada penyiksaan dan pembunuhan anak-anak, terutama mereka yang termasuk kaum minoritas, tetapi tidak hanya dari kaum minoritas,” kata Renate Winter, pejabat di Komite PBB.
Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang telah mengganti nama menjadi Negar Islam (IS), menurut komite itu, menargetkan anak-anak dari etnis Yazidi dan komunitas Kristen. Tapi, tidak hanya kaum minoritas, para pemuda Muslim Syiah dan Muslim Sunni juga turut jadi korban kekejaman ISIS.
”Kami telah menerima laporan dari anak-anak, terutama anak-anak yang mengalami gangguan mental yang telah digunakan sebagai pelaku pembom bunuh diri. Kemungkinan besar mereka tidak memahaminya,” ujar Winter kepada Reuters, Kamis (5/2/2015).
Winter juga menyoroti video online yang menunjukkan anak-anak berusia delapan tahun bahkan lebih muda dilatih sebagai prajurit untuk kelompok militan radikal itu.
Dalam laporannya, Komite PBB untuk Hak Anak mengutuk berbagai kekejaman ISIS di tanah Irak. ”Seperti pembunuhan sistematis terhadap anak, termasuk juga beberapa kasus eksekusi massal anak laki-laki, serta laporan pemenggalan, penyaliban anak dan mengubur anak hidup-hidup,” bunyi laporan komite PBB itu.
“ISIS juga telah berkomitmen melakukan kekerasan seksual sistematis pada pemuda di Irak, dengan melakukan penculikan dan perbudakan seksual pada anak,” lanjut laporan Komite PBB.
PBB menyerukan pemerintah Irak untuk menjauhkan anak-anak dari wilayah yang dikuasai ISIS. PBB juga meminta agar Irak mengadili para militan ISIS yang bertanggung jawab atas kekejaman yang mereka lakukan.
”Ada tugas negara untuk melindungi semua anak-anaknya. Intinya adalah bagaimana mereka melakukan itu dalam situasi seperti ini?,” ujar Winter. Laporan ini merupakan yang pertama kali mengungkap nasib anak-anak di Irak sejak tahun 1998.
Siapa Donatur ISIS?
Kelompok yang dipimpin Abu Bakar al-Baghdadi ini semakin hari semakin tenar dengan laporan kekejamannya. Tapi, mustahil kelompok ini bisa beraksi tanpa ada dukungan dana yang kuat. Lantas, siapa sejatinya donatur ISIS?
Rusia yang mempunyai pengaruh di PBB, kini mulai bergerak untuk memotong dana yang mengalir ke ISIS. Caranya, dengan merancang resolusi yang akan diajukan ke Dewan Keamanan PBB. Resolusi itu dibuat agar PBB menekan semua negara untuk memotong aliran dana yang mengalir ke ISIS.
Rusia tidak menyebut dana yang diperoleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) itu berasal dari oknum di negara mana. Namun, beberapa waktu lalu seorang pemimpin ISIS yang beroperasi di Pakistan, Yousaf al Salafi, mengaku menerima dana dari oknum di Amerika Serikat.
Rencana Rusia ini diumumkan setelah Dewan Keamanan PBB yang terdiri dari 15 negara mengutuk aksi militan ISIS yang membakar hidup-hidup pilot Yordania, Mouath al-Kasaesbeh.
”Kami sedang mempersiapkan (resolusi) dan kami berharap itu akan diadopsi oleh Dewan Keamanan PBB dalam beberapa hari mendatang,” bunyi pernyataan Duta Besar Rusia untuk PBB yang disampaikan melalui seorang juru bicara.
Resolusi dari Rusia itu akan fokus pada tiga sumber utama pendapatan ISIS. Yakni, penjualan barang antik dan tebusan dari sandera.
Resolusi itu akan menuntut semua negara agar tidak membeli minyak dari ISIS serta berhenti membayar uang tebusan sandera. Selain itu, resolusi Rusia juga akan menuntut semua negara agar tidak membeli barang antik hasil jarahan ISIS.
”Kita tahu bahwa rezim Suriah telah membeli minyak, Turki juga telah membeli minyak,” ujar diplomat Barat yang menolak diidentifikasi karena isu itu sensitif.
(mas)