Usai Teror Paris, 21 Negara Bahas Ancaman Balik ISIS
A
A
A
LONDON - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry memimpin pembahasan ancaman serangan balik ISIS usai teror melanda Paris. Pertemuan 21 negara anti-ISIS ini berlangsung di London, Kamis (22/1/2015).
Ini merupakan yang pertama kalinya koalisi anti-ISIS yang dipimpin AS melakukan pertemuan sejak 17 orang tewas dalam rangkaian teror di Paris beberapa waktu lalu.
”Teroris ingin memisahkan kita, namun pada kenyataannya tindakan terhadap mereka memiliki efek sebaliknya,” kata Kerry.
“Kita harus bergerak maju tidak hanya degan aksi militer, tapi juga melalui penegakan hukum, dengan berbagi data intelijen, dengan menyerang akar penyebab teror,” lanjut Kerry.
Sejak serangan di kantor majalah Charlie Hebdo dan supermarket di Paris, negara-negara Barat mulai khawatir tentang potensi bahaya yang ditimbulkan oleh militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) asal Barat saat mereka pulang ke negara asalnya.
Agen polisi Eropa, Europol, memperkirakan sekitar 5 ribu warga negara Uni Eropa telah bergabung dengan para militan di Suriah dan Irak.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, mengatakan serangan di Prancis, tak jauh beda dengan serangan 9/11. ”Yang memukul simbol budaya kita, nilai-nilai kita, seperti kebebasan media, polisi, dan komunitas Yahudi,” ujarnya, seperti dikutip AFP.
”Pertemuan besok akan menjadi momen yang menyatukan kita semua terhadap fenomena brutal masyarakat,” imbuh dia.
Ini merupakan yang pertama kalinya koalisi anti-ISIS yang dipimpin AS melakukan pertemuan sejak 17 orang tewas dalam rangkaian teror di Paris beberapa waktu lalu.
”Teroris ingin memisahkan kita, namun pada kenyataannya tindakan terhadap mereka memiliki efek sebaliknya,” kata Kerry.
“Kita harus bergerak maju tidak hanya degan aksi militer, tapi juga melalui penegakan hukum, dengan berbagi data intelijen, dengan menyerang akar penyebab teror,” lanjut Kerry.
Sejak serangan di kantor majalah Charlie Hebdo dan supermarket di Paris, negara-negara Barat mulai khawatir tentang potensi bahaya yang ditimbulkan oleh militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) asal Barat saat mereka pulang ke negara asalnya.
Agen polisi Eropa, Europol, memperkirakan sekitar 5 ribu warga negara Uni Eropa telah bergabung dengan para militan di Suriah dan Irak.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, mengatakan serangan di Prancis, tak jauh beda dengan serangan 9/11. ”Yang memukul simbol budaya kita, nilai-nilai kita, seperti kebebasan media, polisi, dan komunitas Yahudi,” ujarnya, seperti dikutip AFP.
”Pertemuan besok akan menjadi momen yang menyatukan kita semua terhadap fenomena brutal masyarakat,” imbuh dia.
(mas)