AS Soroti Protes Anti-Charlie Hebdo di Negara-negara Muslim
A
A
A
WASHINGTON - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyoroti gelombang protes anti-Charlie Hebdo yang terjadi di negara-negara Muslim.
AS berdalih, majalah itu punya hak untuk bebas mempublikasikan informasi apapun termasuk karikatur. Salah satu demo anti-Charlie Hebdo yang disoroti AS adalah demo di Paksitan. Di mana, tiga orang terluka setelah massa bentrok dengan polisi di luar konsulat Prancis di Karachi, Jumat kemarin.
AS juga menyoroti demo di Kota Zinder, Nigeria. Di mana, empat orang tewas dalam demo rusuh anti-Charlie Hebdo. Bahkan, majalah yang menerbitkan kartun Nabi Muhammad di sampul depannya itu telah memicu sentiman agama di Nigeria. Yakni, massa yang marah membakar gereja dan menyerang toko-toko milik warga Kristen.
”Kami tentu mendesak semua (pihak) untuk menahan diri dari kekerasan, menahan diri dan menghormati aturan hukum,” kata Jeffrey Rathke, juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
”Tidak ada tindakan jurnalisme yang sah, namun serangan di beberapa lokasi mungkin telah membenarkan tindakan kekerasan. Itu saya pikir merupakan titik awal yang penting,” lanjut dia, seperti dikutip AFP, Sabtu (17/1/2015).
Majalah Charlie Hebdo telah memicu kemarahan umat Musim di seluruh dunia, setelah terbit perdana usai jadi target teror berdarah dengan korban tewas 12 orang pada 7 JanuarI 2015 lalu. Dalam edisi terbarunya, Charlie Hebdo menjadikan kartun Nabi Muhammad sebagai sampul depan.
Menurut Rathke, kebebasan berekspresi diabadikan dalam Konstitusi AS, meskipun sindiran terhadap agama masih dianggap tabu.
”Organisasi-organisasi media dan outlet berita sering mempublikasikan informasi yang dimaksudkan untuk menyebabkan perdebatan atau untuk membangkitkan perdebatan,” ujar Rathke.
”Dan sementara kita mungkin tidak selalu setuju dengan penilaian setiap item konten, yang jadi hak untuk dipublikasikan, termasuk informasi yang salah, yang fundamental dan yang kita lihat sebagai (nilai) universal,” imbuh dia.
AS berdalih, majalah itu punya hak untuk bebas mempublikasikan informasi apapun termasuk karikatur. Salah satu demo anti-Charlie Hebdo yang disoroti AS adalah demo di Paksitan. Di mana, tiga orang terluka setelah massa bentrok dengan polisi di luar konsulat Prancis di Karachi, Jumat kemarin.
AS juga menyoroti demo di Kota Zinder, Nigeria. Di mana, empat orang tewas dalam demo rusuh anti-Charlie Hebdo. Bahkan, majalah yang menerbitkan kartun Nabi Muhammad di sampul depannya itu telah memicu sentiman agama di Nigeria. Yakni, massa yang marah membakar gereja dan menyerang toko-toko milik warga Kristen.
”Kami tentu mendesak semua (pihak) untuk menahan diri dari kekerasan, menahan diri dan menghormati aturan hukum,” kata Jeffrey Rathke, juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
”Tidak ada tindakan jurnalisme yang sah, namun serangan di beberapa lokasi mungkin telah membenarkan tindakan kekerasan. Itu saya pikir merupakan titik awal yang penting,” lanjut dia, seperti dikutip AFP, Sabtu (17/1/2015).
Majalah Charlie Hebdo telah memicu kemarahan umat Musim di seluruh dunia, setelah terbit perdana usai jadi target teror berdarah dengan korban tewas 12 orang pada 7 JanuarI 2015 lalu. Dalam edisi terbarunya, Charlie Hebdo menjadikan kartun Nabi Muhammad sebagai sampul depan.
Menurut Rathke, kebebasan berekspresi diabadikan dalam Konstitusi AS, meskipun sindiran terhadap agama masih dianggap tabu.
”Organisasi-organisasi media dan outlet berita sering mempublikasikan informasi yang dimaksudkan untuk menyebabkan perdebatan atau untuk membangkitkan perdebatan,” ujar Rathke.
”Dan sementara kita mungkin tidak selalu setuju dengan penilaian setiap item konten, yang jadi hak untuk dipublikasikan, termasuk informasi yang salah, yang fundamental dan yang kita lihat sebagai (nilai) universal,” imbuh dia.
(mas)