Provokasi Teror, Pendiri Salahkan Pemred Charlie Hebdo
A
A
A
PARIS - Salah satu pendiri majalah satir Charlie Hebdo, menyalahkan pemimpin redaksi (Pemred) majalah itu M yang ikut dibantai bersama 11 orang lainnya oleh para pria bersenjata pekan lalu.
Pemred majalah itu disalahkan karena mempublikasikan konten yang memprovokasi teror berdarah terhadap kantor majalah di Paris tersebut.
Henri Roussel, 80, merupakan salah satu pendiri majalah Charlie Hebdo. Dia berkontribusi untuk edisi pertama majalah itu pada tahun 1970 yang kala itu bernama Hara-Kiri Hebdo.
Dalam tulisan kolomnya minggu ini, Roussel menyalahkan Charbonnier (Charb). Dia menganggap Charb keras kepala setelah setelah menerbitkan kartun Nabi Muhammad pada tahun 2011 yang memicu serangan terhadap kantor-kantor surat kabar.
”Apa yang membuatnya merasa perlu untuk menyeret tim (Charlie Hebdo)ke arah yang berlebihan?," tanya Roussel dalam kolomnya di Nouvel Observateur, yang diterjemahkan oleh Telegraph, Jumat (16/1/2015).
”Dia seharusnya tidak melakukan itu, tapi Charb melakukannya lagi setahun kemudian, pada bulan September 2012,” lanjut Roussel.
”Saya percaya bahwa kita (yang) bodoh yang mengambil resiko yang seharusnya tidak perlu,” imbuh Roussel, yang menulis dengan nama pena Delfeil de Ton.
“Itu dia. Kami pikir kami kebal. Selama bertahun-tahun, bahkan satu dekade. Itu provokasi, dan kemudian suatu hari provokasi itu berbalik melawan kami,” sesal Rousel.
Pemred majalah itu disalahkan karena mempublikasikan konten yang memprovokasi teror berdarah terhadap kantor majalah di Paris tersebut.
Henri Roussel, 80, merupakan salah satu pendiri majalah Charlie Hebdo. Dia berkontribusi untuk edisi pertama majalah itu pada tahun 1970 yang kala itu bernama Hara-Kiri Hebdo.
Dalam tulisan kolomnya minggu ini, Roussel menyalahkan Charbonnier (Charb). Dia menganggap Charb keras kepala setelah setelah menerbitkan kartun Nabi Muhammad pada tahun 2011 yang memicu serangan terhadap kantor-kantor surat kabar.
”Apa yang membuatnya merasa perlu untuk menyeret tim (Charlie Hebdo)ke arah yang berlebihan?," tanya Roussel dalam kolomnya di Nouvel Observateur, yang diterjemahkan oleh Telegraph, Jumat (16/1/2015).
”Dia seharusnya tidak melakukan itu, tapi Charb melakukannya lagi setahun kemudian, pada bulan September 2012,” lanjut Roussel.
”Saya percaya bahwa kita (yang) bodoh yang mengambil resiko yang seharusnya tidak perlu,” imbuh Roussel, yang menulis dengan nama pena Delfeil de Ton.
“Itu dia. Kami pikir kami kebal. Selama bertahun-tahun, bahkan satu dekade. Itu provokasi, dan kemudian suatu hari provokasi itu berbalik melawan kami,” sesal Rousel.
(mas)