Saya di Bawah Wastafel saat Penyerang Charlie Hebdo Ambil Air

Selasa, 13 Januari 2015 - 11:31 WIB
Saya di Bawah Wastafel saat Penyerang Charlie Hebdo Ambil Air
Saya di Bawah Wastafel saat Penyerang Charlie Hebdo Ambil Air
A A A
PARIS - Lillian Lepere, 27, pria pengirim SMS ke polisi Prancis terkait lokasi persembunyian dua penyerang kantor majalah Charlie Hebdo memberikan kesaksian dramatis.

Desainer grafis muda di gedung percetakan tempat dua penyerang kantor Charlie Hebdo bersembunyi, mengatakan, dia bersembunyi di bawah wastafel saat salah satu penyerang mengambil segelas air dari wastafel itu.

Lepere ikut terselamatkan setelah dia didorong bosnya untuk bersembunyi ketika dua penyerang bernama Said dan Cherif Kouachi bersembunyi di gedung tempat dia bekerja. Untuk pertama kali, dia becerita adegan mendebarkan itu kepada stasiun televisi France 2.

“Saya ingin mengucapkan terima kasih,” katanya mengacu pada bos-nya yang meminta dia bersembunyi. ”Dia memberi saya detik-detik yang saya butuhkan untuk bersembunyi. Hal ini berkat dia saya ada di sini,” katanya lagi.

Lepere menolak disebut sebagai pahlawan, meskipun dia mengirim SMS ke polisi tentang lokasi persembunyian Said dan Cherif Kouachi yang masih bersenjatakan senapan AK-47. Kedua penyerang itu lari setelah membantai 12 orang di kantor majalah Charlie Hebdo.

Ketika diminta bos-nya bersembunyi, Lepere melarikan diri ke dapur kantin. “Saya bersembunyi di bawah wastafel di dalam lemari dengan dua pintu berengsel 70 cm dengan 90 cm dan sedalaam 40 cm,” ujarnya.
”Saya mendengar tembakan, dan kemudian salah satu dari mereka (penyerang) membuka lemari sebelah saya,” lanjut dia.

”Dia (penyerang) mengambil minuman dari wastafel dan saya bisa melihat bayangannya. Saya berhadapan dengan pipa (wastafel), saya bisa merasakan air mengalir,” katanya.

”Rasanya seperti yang Anda lihat di film. Pada saat itu otak saya berhenti berpikir, jantung berhenti berdetak, dan berhenti bernapas,” sambung dia, seperti dikutip Daily Mail, Selasa (13/1/2015).

Tapi desainer muda tahu bahwa ia harus berbuat apa untuk menyampaikan informasi penting ke dunia luar. Dengan hati-hati ia mengirim SMS kepada ayahnya, yang diteruskan ke polisi. ”Saya tersembunyi di lantai pertama. Saya pikir mereka telah membunuh orang. Beritahu polisi untuk bertindak,” bunyi SMS Lepere.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6088 seconds (0.1#10.140)