Pacar Pemred Charlie Hebdo Salahkan Polisi Prancis
A
A
A
PARIS - Pacar Stephane Charbonnier (Charb), pemimpin redaksi majalah satir Charlie Hebdo, menyalahkan polisi Prancis atas pembantaian 12 orang pada hari Rabu lalu.
Jeannette Bougrab, pacar Charb, menganggap polisi gagal melindungi pacarnya. Tak hanya itu, wanita yang pernah menjabat sebagai menteri di Prancis ini menyalahkan negara yang selama ini membiarkan para penyerang sehingga mereka leluasa beraksi.
Charb merupakan satu dari 12 orang yang ditembak mati penyerang kantor majalah Charlie Hebdo. Dua tersangka penyerang, Said dan Cherif Kouachi, seperti dikutip Reuters, Sabtu (10/1/2015) telah dibunuh polisi Jumat kemarin setelah dikejar di gedung percetakan di dekat Paris.
Jeannette Bougrab mengaku pernah memohon pacarnya yang seorang kartunis top itu untuk meninggalkan Prancis karena dia tahu bahwa nyawanya terancam. Tapi, dia bangga karena Pemred majalah satir itu tidak takut mati dan menolak untuk pergi dari Prancis.
”Republik ini bersalah," kata Jeanette. ”Para penyerang secara sistematis dilindungi oleh polisi,” katanya lagi.
”Sudah ada pesan kebencian (secara online), dan tidak ada yang berdiri untuk melindungi mereka (kru Charlie Hebdo). Itulah kenyataannya,” lanjut dia.
”Pembantaian sebenarnya bisa dihindari. Dan kami tidak melakukan itu,” kesal dia.
Jauh hari sebelum dibunuh, Charb yang berusia 47 tahun itu, pernah mengatakan, bahwa dia tidak akan menyerah pada ancaman kebebasan berekspresi. ”Saya lebih suka mati berdiri daripada hidup berlutut,” katanya.
Jeannette Bougrab, pacar Charb, menganggap polisi gagal melindungi pacarnya. Tak hanya itu, wanita yang pernah menjabat sebagai menteri di Prancis ini menyalahkan negara yang selama ini membiarkan para penyerang sehingga mereka leluasa beraksi.
Charb merupakan satu dari 12 orang yang ditembak mati penyerang kantor majalah Charlie Hebdo. Dua tersangka penyerang, Said dan Cherif Kouachi, seperti dikutip Reuters, Sabtu (10/1/2015) telah dibunuh polisi Jumat kemarin setelah dikejar di gedung percetakan di dekat Paris.
Jeannette Bougrab mengaku pernah memohon pacarnya yang seorang kartunis top itu untuk meninggalkan Prancis karena dia tahu bahwa nyawanya terancam. Tapi, dia bangga karena Pemred majalah satir itu tidak takut mati dan menolak untuk pergi dari Prancis.
”Republik ini bersalah," kata Jeanette. ”Para penyerang secara sistematis dilindungi oleh polisi,” katanya lagi.
”Sudah ada pesan kebencian (secara online), dan tidak ada yang berdiri untuk melindungi mereka (kru Charlie Hebdo). Itulah kenyataannya,” lanjut dia.
”Pembantaian sebenarnya bisa dihindari. Dan kami tidak melakukan itu,” kesal dia.
Jauh hari sebelum dibunuh, Charb yang berusia 47 tahun itu, pernah mengatakan, bahwa dia tidak akan menyerah pada ancaman kebebasan berekspresi. ”Saya lebih suka mati berdiri daripada hidup berlutut,” katanya.
(mas)