Hubungan dengan AS 'Beracun', Rusia Anggap Ukraina Musuh
A
A
A
MOSKOW - Perdana Menteri (PM) Rusia, Dmitry Medvedev, menyatakan, hubungan Rusia dengan Amerika Serikat (AS) “beracun”, setelah Presiden Obama meneken UU berisi sanksi pada Moskow.
PM Rusia itu juga menyebut Ukraina menjadi musuh yang potensial bagi Rusia jika negara itu benar-benar bergabung dengan NATO. Hal itu diungkap Medvedev dalam tulisan di halaman Facebook-nya, Selasa (23/12/2014).
”Presiden AS telah menandatangani undang-undang anti-Rusia, di mana Presiden AS siap memperkenalkan sanksi terhadap Rusia kapan saja,” tulis dia.
”Dengan amandemen Jackson-Vanik seperti itu, hubungan kami dengan Amerika akan diracuni selama beberapa dekade yang akan datang,” lanjut tulisan PM Rusia itu.
”Presiden Ukraina telah menyampaikan RUU kepada Verkhovna Rada (parlemen nasional) tentang perubahan status non-blok negara tersebut. Yang pada dasarnya menjadi sebuah aplikasi untuk bergabung dengan NATO. Ternyata Ukraina menjadi musuh potensial Rusia,” tulis Medvedev.
”Kedua keputusan itu akan memiliki imbas yang sangat menyedihkan dan negara kita harus bereaksi terhadap mereka,” lanjut dia, seperti dikutip kantor berita Itar-Tass.
PM Rusia itu juga menyebut Ukraina menjadi musuh yang potensial bagi Rusia jika negara itu benar-benar bergabung dengan NATO. Hal itu diungkap Medvedev dalam tulisan di halaman Facebook-nya, Selasa (23/12/2014).
”Presiden AS telah menandatangani undang-undang anti-Rusia, di mana Presiden AS siap memperkenalkan sanksi terhadap Rusia kapan saja,” tulis dia.
”Dengan amandemen Jackson-Vanik seperti itu, hubungan kami dengan Amerika akan diracuni selama beberapa dekade yang akan datang,” lanjut tulisan PM Rusia itu.
”Presiden Ukraina telah menyampaikan RUU kepada Verkhovna Rada (parlemen nasional) tentang perubahan status non-blok negara tersebut. Yang pada dasarnya menjadi sebuah aplikasi untuk bergabung dengan NATO. Ternyata Ukraina menjadi musuh potensial Rusia,” tulis Medvedev.
”Kedua keputusan itu akan memiliki imbas yang sangat menyedihkan dan negara kita harus bereaksi terhadap mereka,” lanjut dia, seperti dikutip kantor berita Itar-Tass.
(mas)