AS Tidak Akan Akui Pemilu Ukraina Timur
A
A
A
WASHINGTON - Rencana digelarnya pemilihan umum (pemilu) di Ukraina timur oleh separatis pro-Rusia mendapat kecaman dari berbagai pihak. Tidak kurang Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE) dan NATO menyatakan kecamannya.
Melansir Channel News Asia, Sabtu (1/11/2014), kecaman ini datang hanya satu hari sebelum pemilu di Ukraina timur akan digelar, dan hanya beberapa hari setelah PBB mengeluarkan laporan mengenai situasi terbaru di Ukraina timur, dimana dalam laporannya disebutkan 4000 orang tewas selama konflik di wilayah tersebut.
“Kami menyesalkan maksud dari separatis di bagian timur Ukraina untuk mengadakan pemilihan umum, yang menurut mereka adalah sah,” ungkap juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Bernadette Meehan dalam sebuah pernyataan.
“Kami tidak akan mengakui hasil dari pemilihan umum tersebut,” Meehan menambahkan. Hal senada juga diutarakan oleh UE dan NATO, kedua badan besar Eropa itu turut menyatakan tidak akan mengakui pemilu tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, AS turut mendesak Presiden Rusia, Vladimir Putin untuk tidak mendukung pemilu tersebut. Sebelum AS, desakan serupa juga turut diutarakan oleh Prancis, Jerman dan Ukraina.
Melansir Channel News Asia, Sabtu (1/11/2014), kecaman ini datang hanya satu hari sebelum pemilu di Ukraina timur akan digelar, dan hanya beberapa hari setelah PBB mengeluarkan laporan mengenai situasi terbaru di Ukraina timur, dimana dalam laporannya disebutkan 4000 orang tewas selama konflik di wilayah tersebut.
“Kami menyesalkan maksud dari separatis di bagian timur Ukraina untuk mengadakan pemilihan umum, yang menurut mereka adalah sah,” ungkap juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Bernadette Meehan dalam sebuah pernyataan.
“Kami tidak akan mengakui hasil dari pemilihan umum tersebut,” Meehan menambahkan. Hal senada juga diutarakan oleh UE dan NATO, kedua badan besar Eropa itu turut menyatakan tidak akan mengakui pemilu tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, AS turut mendesak Presiden Rusia, Vladimir Putin untuk tidak mendukung pemilu tersebut. Sebelum AS, desakan serupa juga turut diutarakan oleh Prancis, Jerman dan Ukraina.
(esn)