Usik Papua Barat, Australia Dianggap Berisiko Hina Indonesia

Kamis, 02 Oktober 2014 - 09:25 WIB
Usik Papua Barat, Australia...
Usik Papua Barat, Australia Dianggap Berisiko Hina Indonesia
A A A
CANBERRA - Pemerintah Australia telah mempertaruhkan diri dalam risiko yang menghina Indonesia, setelah menyinggung persoalan di Papua Barat. Hal itu terkait dua wartawan Prancis yang ditahan di Papua Barat karena dituduh bekerja untuk separatis.

Kelompok senat pada Rabu mendapat dukungan eksplisit dari Kantor Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop, yang mengusik kebebasan pers di Papua Barat yang mereka sebut telah dibatasi ketat oleh pemerintah Indonesia.

Kelompok senat itu merasa prihatin dengan dua wartawan Prancis yang ditahan atas tuduhan menjadi meta-mata untuk separatis. Kelompok senat tersebut menyerukan pembebasan dua wartawan Prancis tersebut.

Media Australia, Sidney Morning Herald, pada Kamis (2/10/2014), menulis, bahwa dukungan pemerintah Australia pada kelompok senat itu tidak biasa dan sensitive dengan urusan luar negeri. Dukungan itu dianggap tidak tepat, karena subjek yang disinggung adalah Papua Barat, wilayah resmi Indonesia.

Senator Partai Hijau Richard Di Natale, yang mengaku telah kontak dengan pihak kantor Julie Bishop, bahwa pemerintah Australia akan mendukung gerakan yang dilakukan senat itu.

”Ini jelas telah dipertimbangkan secara rinci oleh kantor menteri luar negeri, dan saya benar-benar didorong untuk menerima komunikasi dari mereka,” kata Senator Di Natale kepada Fairfax Media.

”Ini dalam konteks bahwa saya hanya bisa menafsirkan dukungan ini sebagai isyarat bahwa pemerintah secara aktif mengirimkan sinyal yang sangat jelas kepada pemerintah Indonesia,” katanya lagi.

Menurutnya, ada pergeseran sangat disengaja dalam kebijakan pemerintah Perdana Menteri Tony Abbott.”Tampaknya pergeseran yang sangat disengaja,” ujarnya.

Masalah Papua Barat pernah menjadi masalah yang memicu ketegangan antara Indonesia dan Australia. Pada tahun 2006, pemerintah Australia yang dipimpin John Howard menerima 42 pengungsi asal Papua Barat. Akibatnya, Indonesia menarik duta besarnya selama beberapa bulan.
(mas)
Berita Terkait
Cendekiawan Muda RI...
Cendekiawan Muda RI di Australia Sumbang Ide Wujudkan Indonesia 4.0
Kerjasama dengan UNICEF,...
Kerjasama dengan UNICEF, Australia Bantu Penanganan Covid-19 Indonesia
KJRI Melbourne Benarkan...
KJRI Melbourne Benarkan Ada WNI yang Ditangkap Karena Ngutil Tas Mewah
Wasit Yordania Adham...
Wasit Yordania Adham Makhadmeh Pimpin Laga Timnas Indonesia vs Australia
Peringkat Timnas Indonesia...
Peringkat Timnas Indonesia Terpaut Jauh dari Australia, Shin Tae-yong: Kami Tidak Gentar
Perwakilan RI Fasilitasi...
Perwakilan RI Fasilitasi Repatriasi Mandiri 358 Mahasiswa dari Australia
Berita Terkini
Profil Andrii Hnatov,...
Profil Andrii Hnatov, Kepala Staf Militer Ukraina yang Baru untuk Hadapi Rusia
35 menit yang lalu
Netanyahu dan Bos Shin...
Netanyahu dan Bos Shin Bet Berseteru Hebat, Israel Terancam Perang Saudara
44 menit yang lalu
Siapa Massad Boulos?...
Siapa Massad Boulos? Arsitek Kebijakan Donald Trump di Timur Tengah
1 jam yang lalu
Pendiri Tentara Bayaran...
Pendiri Tentara Bayaran Blackwater: Militer Rusia Menjadi Lebih Pintar Melawan Senjata AS
2 jam yang lalu
Israel Mulai Bombardir...
Israel Mulai Bombardir Gaza Lagi
2 jam yang lalu
Sekutu NATO Mulai Melawan...
Sekutu NATO Mulai Melawan AS, Desak Eropa Ganti Jet Tempur Siluman F-35 dengan Rafale
3 jam yang lalu
Infografis
Pemain Termahal di Asia...
Pemain Termahal di Asia Tenggara 2025, Indonesia Mendominasi
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved