Korban Berjatuhan di Suriah, AS Bantah Bunuh Rakyat Sipil
A
A
A
RAQQA - Pentagon Amerika Serikat (AS) membantah bahwa pemboman terhadap basis-basis ISIS di Suriah ikut menewaskan rakyat sipil.
Klaim Pentagon itu berlawanan dengan laporan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang menyebut delapan warga sipil tewas saat AS membombardir wilayah Suriah.
Pentagon menegaskan, klaim adanya warga sipil yang tewas akibat pemboman AS seperti yang muncul dalam video yang tersebar di media sosial adalah bukti palsu. (Baca: Serangan Perdana AS di Suriah Membunuh 8 Warga Sipil)
Beberapa hari lalu, Observatorium menyatakan, delapan warga sipil, termasuk tiga anak, tewas dalam serangan udara AS dan koalisi anti-ISIS di Suriah. Namun, juru bicara Pentagon, Kolonel Steve Warren, mengatakan, dari gambar citra yang diambil baik sebelum maupun sesudah serangan tidak ada warga sipil yang tewas.
”Kami mengambil semua tindakan mitigasi yang tersedia untuk mengurangi korban sipil," katanya kepada Los Angeles Times. "Sekarang kami percaya bahwa tidak ada korban sipil,” katanya lagi.
Ditanya apakah bukti kematian warga sipil yang muncul di media sosial merupakan bukti palsu, Warren dengan tegas menjawab; “Ya.”
”Kami datang dengan pernyataan setelah memeriksa dampak kerusakan akibat pertempuran, pemantauan berlangsung sampai sekarang,” ujar Warren.
Sementara itu, Fadel Abdul Ghany, aktivis Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia tidak yakin dengan pernyataan Pentagon. Dia sedang mengajukan laporan tentang jatuhnya korban dari kalangan sipil kepada Departemen Luar Negeri AS. Namun, soal bukti foto dan video, dia mengaku tidak bisa menunjukkan karena wilayah tersebut dikendalikan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
”Ada kepentingan Amerika untuk menyembunyikannya," katanya mengacu pada jatuhnya korban sipil. ”Kenyataannya adalah ada warga sipil dan ada militan di antara orang-orang yang tewas,” lanjut dia seperti dikutip RT, Jumat (26/9/2014).
Klaim Pentagon itu berlawanan dengan laporan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang menyebut delapan warga sipil tewas saat AS membombardir wilayah Suriah.
Pentagon menegaskan, klaim adanya warga sipil yang tewas akibat pemboman AS seperti yang muncul dalam video yang tersebar di media sosial adalah bukti palsu. (Baca: Serangan Perdana AS di Suriah Membunuh 8 Warga Sipil)
Beberapa hari lalu, Observatorium menyatakan, delapan warga sipil, termasuk tiga anak, tewas dalam serangan udara AS dan koalisi anti-ISIS di Suriah. Namun, juru bicara Pentagon, Kolonel Steve Warren, mengatakan, dari gambar citra yang diambil baik sebelum maupun sesudah serangan tidak ada warga sipil yang tewas.
”Kami mengambil semua tindakan mitigasi yang tersedia untuk mengurangi korban sipil," katanya kepada Los Angeles Times. "Sekarang kami percaya bahwa tidak ada korban sipil,” katanya lagi.
Ditanya apakah bukti kematian warga sipil yang muncul di media sosial merupakan bukti palsu, Warren dengan tegas menjawab; “Ya.”
”Kami datang dengan pernyataan setelah memeriksa dampak kerusakan akibat pertempuran, pemantauan berlangsung sampai sekarang,” ujar Warren.
Sementara itu, Fadel Abdul Ghany, aktivis Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia tidak yakin dengan pernyataan Pentagon. Dia sedang mengajukan laporan tentang jatuhnya korban dari kalangan sipil kepada Departemen Luar Negeri AS. Namun, soal bukti foto dan video, dia mengaku tidak bisa menunjukkan karena wilayah tersebut dikendalikan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
”Ada kepentingan Amerika untuk menyembunyikannya," katanya mengacu pada jatuhnya korban sipil. ”Kenyataannya adalah ada warga sipil dan ada militan di antara orang-orang yang tewas,” lanjut dia seperti dikutip RT, Jumat (26/9/2014).
(mas)