Tuntutan Skotlandia Merdeka Menguat, Inggris Panik
A
A
A
LONDON - Suara tuntutan rakyat Skotlandia untuk merdeka melalui referendum semakin menguat. Gejala itu membuat pemerintah Inggris mulai panik.
Sebuah jajak pendapat dari lembaga TNS pada Selasa (9/9/2014), menunjukkan bahwa suara rakyat yang mengatakan “Tidak” untuk merdeka telah turun menjadi 39 persen dari sebelumnya 45 persen pada bulan lalu
Sedangkan suara “Ya” untuk merdeka bertambah sedikit dari sebelumnya sebanyak 38 persen. Sisanya masih memilih ragu-ragu ”Jajak pendapat ini mengungkapkan perubahan yang luar biasa dalam voting," kata Tom Costley, Kepala TNS Skotlandia, seperti dikutip Reuters.
Kampanye “Ya” untuk merdeka bagi Skotlandia pertama kali dipopulerkan Partai Nasional Skotlandi yang dipimpin Alex Salmond. Kampanye referendum kemerdekaan Skotlandia ini yang membuat pihak Inggris panik.
Jajak pendapat lain dari YouGov, menyatakan suara “Ya” untuk Skotlandi merdeka mencapai 51 persen, sedangkan 49 persen merupakan suara “Tidak” atau anti-referendum dan suara ragu-ragu.
Referendum itu akan menentukan nasib Skotlandia yang memiliki penduduk sekitar 4 juta orang. Referendum akan berlangsung pada 18 September 2014.
Reaksi Ratu Elizabeth II
Hari ini, rakyat Inggris pendukung anti-referendum turun ke jalan untuk mencegah tuntutan rakyat Skotlandia untuk merdeka.
Mantan Perdana Menteri Inggris dari Partai Buruh, Gordon Brown, telah meminta rakyat Skotlandia tetap bergabung dengan Inggris. Dia telah menetapkan jadwal untuk memberikan parlemen Skotlandia kekuasaan lebih, jika referendum kemerdekaan itu ditolak.
Gejolak referendum itu membuat Perdana Menteri Inggris, David Cameron, tertekan. Partai Konservatif, menurut sejumlah media Inggris diprediksi akan memanfaatkan situasi referendum kemerdekaan Skotlandia untuk menentang Cameron.
Sedangkan Ratu Elizabeth II, yang dalam posisi netral juga merasa ngeri dengan referendum yang akan membuat Skotlandia pisah dari Inggris.
Sebuah jajak pendapat dari lembaga TNS pada Selasa (9/9/2014), menunjukkan bahwa suara rakyat yang mengatakan “Tidak” untuk merdeka telah turun menjadi 39 persen dari sebelumnya 45 persen pada bulan lalu
Sedangkan suara “Ya” untuk merdeka bertambah sedikit dari sebelumnya sebanyak 38 persen. Sisanya masih memilih ragu-ragu ”Jajak pendapat ini mengungkapkan perubahan yang luar biasa dalam voting," kata Tom Costley, Kepala TNS Skotlandia, seperti dikutip Reuters.
Kampanye “Ya” untuk merdeka bagi Skotlandia pertama kali dipopulerkan Partai Nasional Skotlandi yang dipimpin Alex Salmond. Kampanye referendum kemerdekaan Skotlandia ini yang membuat pihak Inggris panik.
Jajak pendapat lain dari YouGov, menyatakan suara “Ya” untuk Skotlandi merdeka mencapai 51 persen, sedangkan 49 persen merupakan suara “Tidak” atau anti-referendum dan suara ragu-ragu.
Referendum itu akan menentukan nasib Skotlandia yang memiliki penduduk sekitar 4 juta orang. Referendum akan berlangsung pada 18 September 2014.
Reaksi Ratu Elizabeth II
Hari ini, rakyat Inggris pendukung anti-referendum turun ke jalan untuk mencegah tuntutan rakyat Skotlandia untuk merdeka.
Mantan Perdana Menteri Inggris dari Partai Buruh, Gordon Brown, telah meminta rakyat Skotlandia tetap bergabung dengan Inggris. Dia telah menetapkan jadwal untuk memberikan parlemen Skotlandia kekuasaan lebih, jika referendum kemerdekaan itu ditolak.
Gejolak referendum itu membuat Perdana Menteri Inggris, David Cameron, tertekan. Partai Konservatif, menurut sejumlah media Inggris diprediksi akan memanfaatkan situasi referendum kemerdekaan Skotlandia untuk menentang Cameron.
Sedangkan Ratu Elizabeth II, yang dalam posisi netral juga merasa ngeri dengan referendum yang akan membuat Skotlandia pisah dari Inggris.
(mas)