Steven Sotloff Dipenggal ISIS, Obama Ngacir ke Eropa

Rabu, 03 September 2014 - 13:49 WIB
Steven Sotloff Dipenggal...
Steven Sotloff Dipenggal ISIS, Obama Ngacir ke Eropa
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, ngacir dengan pesawat menuju Eropa, tiga jam setelah video pemenggalan jurnalis kedua AS, Steven Sotloff beredar. Obama bungkam dan menghindar dari sorotan media.

Obama tanpa mengucapkan sepatah kata pun saat dimintai komentarnya atas pemenggalan Sotloff oleh algojo ISIS. Obama justru bergegas menuju ke pesawatnya untuk bertolak ke Eropa.

Berita eksekusi Sotloff beredar secara online pukul 13.05 waktu AS, Selasa kemarin. Berita itu muncul tak lama setelah juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, mulai briefing harian dengan wartawan. Empat menit setelah itu, Earnest mengaku tidak mendengar kabar pemenggalan Sotloff. (Baca: ISIS Penggal Jurnalis Kedua AS Steven Sotloff)

Obama sebelumnya jadi sorotan publik setelah jurnalis AS, James Foley dipenggal algojo ISIS. Obama pernah mengaku gagal untuk menyelamatkan Foley dalam operasi khusus. Sumber di Gedung Putih dan Pentagon mengatakan, kegagalan itu karena lambatnya Obama untuk memberikan perintah operasi penyelamatan Foley.

Saat melangkahkan kakinya menuju pesawat Air Force One, Obama seolah-olah tidak mendengar teriakan para wartawan yang mengajukan pertanyaan. Para wartawan penasaran tentang sikap dan reaksi Obama mendengar Sotloff dipenggal algojo ISIS.

Pada saat Obama ngacir dengan pesawatnya, CNN mengunggah video wawancara dengan Brett McGurk, Deputi Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Irak dan Iran. Dalam rekaman wawancara itu, diplomat AS itu mengatakan, bahwa rakyat AS harus menantikan reaksi pemerintahan Obama. (Baca juga: Steven Sotloff Dipenggal Algojo ISIS, AS Muak)

“AS mengembangkan koalisi regional yang luas, koalisi internasional yang luas, bekerja untuk mendapatkan pemerintahan baru di Irak, bekerja untuk mendapatkan rencana kami di sana,” kata McGurk. "Jadi (rakyat AS) menantikan (kebijakan Obama),” lanjut dia.

”Anda tidak bisa hanya masuk dengan militer dan mulai menjatuhkan bom dan berharap bahwa itu akan berhasil,” ujar McGurk. ”Anda harus memiliki pendekatan yang sangat canggih untuk ini,” lanjut dia, yang dilansir Mail Online, Rabu (3/9/2014).
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0657 seconds (0.1#10.140)