Ukraina-Rusia di Ambang Perang, Obama Didesak Pasok Senjata
A
A
A
KIEV - Pemerintah Ukraina memperingatkan, bahwa perang skala besar antara Ukraina dan Rusia kian dekat. Parlemen Amerika Serikat pun mendesak Presiden Barack Obama untuk memasok senjata kepada Ukraina untuk menghadapi Rusia.
Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, mengatakan ketegangan negaranya dengan Rusia telah memburuk dalam beberapa hari terakhir.”Lebih dekat ke perang skala besar,” katanya.(Baca: Memanas, Ukraina Tuduh Rusia Menginvasi Besar-besaran)
”Saya pikir, kami sangat dekat dengan ‘point of no return’,” ujar Poroshenko, menjelang KTT Uni Eropa di Brussel, Belgia. ”Point of no return adalah perang skala penuh, yang sudah terjadi di wilayah yang dikuasai oleh separatis dan di mana, bukan hanya separatis tapi ada tentara Rusia,” imbuh presiden yang dijuluki Raja Cokelat itu.
Poroshenko mengatakan ribuan pasukan dan ratusan tank asing, yang dia curigai dari Rusia sekarang di wilayah Ukraina.
Di Washington, para anggota parlemen AS mendesak Presiden Barack Obama untuk mempersenjatai pasukan Ukraina yang di ambang perang besar dengan pasukan Rusia di wilayah Ukraina timur.(Baca: AS: Rusia Terlibat Langsung dalam Perang Ukraina)
Senator Robert Menendez, menyebut telah terjadi invasi Rusia di Ukraina timur. ”Dan kita harus mengenalinya sebagai itu,” ujar Menendez, yang menjabat Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS.
”Ketika saya membaca berita utama, yang menyajikan laporan pemberontak bergerak maju di berbagai wilayah Ukraina timur, itu bukan pemberontak tapi tentara Rusia,” paparnya. ”Kita harus menyediakan Ukraina dengan jenis senjata defensif.”
Sementara itu, Obama menentang desakan untuk memasok senjata kepada Ukraina. ”Saya pikir Uni Eropa, NATO, serta Amerika Serikat harus mempertimbangkan hal ini secara dramatis berbeda dan kita harus memberikan Ukraina kesempatan berjuang untuk membela diri,” kata Obama, seperti dikutip CNN, Senin (1/9/2014). (Baca juga: Nuklir Rusia Kuat, Putin: Barat Jangan Main-main!)
“Saya tidak menyarankan pasukan AS di sana atau pasukan NATO di sana. Tapi saya menunjukkan bahwa Ukraina memiliki sarana untuk berjuang, untuk diri mereka sendiri,” imbuh Obama.
Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, mengatakan ketegangan negaranya dengan Rusia telah memburuk dalam beberapa hari terakhir.”Lebih dekat ke perang skala besar,” katanya.(Baca: Memanas, Ukraina Tuduh Rusia Menginvasi Besar-besaran)
”Saya pikir, kami sangat dekat dengan ‘point of no return’,” ujar Poroshenko, menjelang KTT Uni Eropa di Brussel, Belgia. ”Point of no return adalah perang skala penuh, yang sudah terjadi di wilayah yang dikuasai oleh separatis dan di mana, bukan hanya separatis tapi ada tentara Rusia,” imbuh presiden yang dijuluki Raja Cokelat itu.
Poroshenko mengatakan ribuan pasukan dan ratusan tank asing, yang dia curigai dari Rusia sekarang di wilayah Ukraina.
Di Washington, para anggota parlemen AS mendesak Presiden Barack Obama untuk mempersenjatai pasukan Ukraina yang di ambang perang besar dengan pasukan Rusia di wilayah Ukraina timur.(Baca: AS: Rusia Terlibat Langsung dalam Perang Ukraina)
Senator Robert Menendez, menyebut telah terjadi invasi Rusia di Ukraina timur. ”Dan kita harus mengenalinya sebagai itu,” ujar Menendez, yang menjabat Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS.
”Ketika saya membaca berita utama, yang menyajikan laporan pemberontak bergerak maju di berbagai wilayah Ukraina timur, itu bukan pemberontak tapi tentara Rusia,” paparnya. ”Kita harus menyediakan Ukraina dengan jenis senjata defensif.”
Sementara itu, Obama menentang desakan untuk memasok senjata kepada Ukraina. ”Saya pikir Uni Eropa, NATO, serta Amerika Serikat harus mempertimbangkan hal ini secara dramatis berbeda dan kita harus memberikan Ukraina kesempatan berjuang untuk membela diri,” kata Obama, seperti dikutip CNN, Senin (1/9/2014). (Baca juga: Nuklir Rusia Kuat, Putin: Barat Jangan Main-main!)
“Saya tidak menyarankan pasukan AS di sana atau pasukan NATO di sana. Tapi saya menunjukkan bahwa Ukraina memiliki sarana untuk berjuang, untuk diri mereka sendiri,” imbuh Obama.
(mas)