Rusia Sebut Hegemoni AS di Dunia Tamat
A
A
A
MOSKOW - Seorang pejabat tinggi Rusia menyambut baik runtuhnya hegemoni Amerika Serikat (AS) dan munculnya tatanan dunia baru usai Perang Dingin. Menurut pejabat itu, AS bukan lagi satu-satunya negara berpengaruh di dunia.
Komentar itu muncul dari Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia, Yevgeny Lukyanov. ”Hegemoni AS di panggung dunia telah berakhir,” kata Lukyanov, dalam sebuah wawancara dengan RIA Novosti, semalam (2/7/2014).
“Kita perlu duduk dan setuju (pada tatanan dunia baru pasca-Perang Dingin). Harus ada kongres global yang mencakup semua negara yang jadi pemain kunci,” ujarnya.
Lukyanov mendukung gagasan Presiden Rusia, Vladimir Putian, untuk memunculkan kembali Rusia sebagai negara pemain kunci di panggung dunia. Gagasan itu muncul, setelah bertahun-tahun Rusia terpuruk usai Uni Soviet runtuh.
Meskipun cita-citanya untuk membentuk sebuah tatanan dunia baru, Putin tidak pernah blak-blakan menyerukan para pemimpin negara-negara Barat untuk merevisi sistem atau atauran internasional.
Aksi menganeksasi Crimea dari Ukraina, telah menjadi salah satu bukti Rusia ingin menjadi negara berpengaruh di dunia. Rusia juga menjadi negara yang paling diperhitungkan oleh AS dan negara-negara Barat dalam krisis Ukraina yang tak kunjung mereda.
Lukyanov mengaku, negaranya iri dengan dominasi AS dan negara-negara Barat di panggung internasional. Namun, hal itu terobati setelah Putin dengan tegas menagatakan hubungan luar negeri Rusia harus dibangun atas dasar keseteraan dan saling menghormati.
”Jelas bahwa kita tidak suka dominasi di beberapa negara, kita iri,” kata Lukyanov. ”Tapi kita tidak menuntut perhatian. Kami bersikeras pada kebutuhan untuk mematuhi hukum internasional, hak negara berdaulat dan non-interference dalam urusan internal mereka.” Lanjut Lukyanov.
Kremlin menginginkan untuk membentuk tatanan internasional multipolar, di mana pandangan dari Moskow, Brasilia, New Delhi, Beijing dan Pretoria akan memikul tanggung jawab yang setara.
”Rusia telah melewati banyak perang, dan saat ini berkelahi salah satunya dengan AS atas krisis Ukraina," kata Sergei Markov, analis politik dan wakil rektor Russian University of Economics di Moskow. ”Negara ini menderita akibat Perang Dunia II dan Perang Dingin. Sekarang Rusia hanya ingin bersantai, untuk tumbuh. Tidak perlu terjebak dalam konflik yang tak rampung dengan Barat.”
Komentar itu muncul dari Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia, Yevgeny Lukyanov. ”Hegemoni AS di panggung dunia telah berakhir,” kata Lukyanov, dalam sebuah wawancara dengan RIA Novosti, semalam (2/7/2014).
“Kita perlu duduk dan setuju (pada tatanan dunia baru pasca-Perang Dingin). Harus ada kongres global yang mencakup semua negara yang jadi pemain kunci,” ujarnya.
Lukyanov mendukung gagasan Presiden Rusia, Vladimir Putian, untuk memunculkan kembali Rusia sebagai negara pemain kunci di panggung dunia. Gagasan itu muncul, setelah bertahun-tahun Rusia terpuruk usai Uni Soviet runtuh.
Meskipun cita-citanya untuk membentuk sebuah tatanan dunia baru, Putin tidak pernah blak-blakan menyerukan para pemimpin negara-negara Barat untuk merevisi sistem atau atauran internasional.
Aksi menganeksasi Crimea dari Ukraina, telah menjadi salah satu bukti Rusia ingin menjadi negara berpengaruh di dunia. Rusia juga menjadi negara yang paling diperhitungkan oleh AS dan negara-negara Barat dalam krisis Ukraina yang tak kunjung mereda.
Lukyanov mengaku, negaranya iri dengan dominasi AS dan negara-negara Barat di panggung internasional. Namun, hal itu terobati setelah Putin dengan tegas menagatakan hubungan luar negeri Rusia harus dibangun atas dasar keseteraan dan saling menghormati.
”Jelas bahwa kita tidak suka dominasi di beberapa negara, kita iri,” kata Lukyanov. ”Tapi kita tidak menuntut perhatian. Kami bersikeras pada kebutuhan untuk mematuhi hukum internasional, hak negara berdaulat dan non-interference dalam urusan internal mereka.” Lanjut Lukyanov.
Kremlin menginginkan untuk membentuk tatanan internasional multipolar, di mana pandangan dari Moskow, Brasilia, New Delhi, Beijing dan Pretoria akan memikul tanggung jawab yang setara.
”Rusia telah melewati banyak perang, dan saat ini berkelahi salah satunya dengan AS atas krisis Ukraina," kata Sergei Markov, analis politik dan wakil rektor Russian University of Economics di Moskow. ”Negara ini menderita akibat Perang Dunia II dan Perang Dingin. Sekarang Rusia hanya ingin bersantai, untuk tumbuh. Tidak perlu terjebak dalam konflik yang tak rampung dengan Barat.”
(mas)