Ayah di China Minta Anaknya Dieksekusi karena Bunuh 4 Orang
A
A
A
TAIPEI - Pasangan orangtua di Taipei, China, bersujud tiga kali, menangis dan minta maaf kepada keluarga dari empat korban tewas akibat diserang anaknya. Pasangan orangtua itu minta agar anaknya dieksekusi mati secepatnya.
Cheng Chieh, 21, telah ditangkap polisi setempat setelah melakukan serangan mematikan di stasiun kereta api di Kumning. Pemerintah China sempat mencurigai kelompok separatis Uighur sebagai pelaku penyerangan yang menewaskan beberapa orang pada Rabu pekan lalu.
Selain menewaskan empat orang, pemuda itu juga meluaki 20 orang lainnya. Mengenakan topi dan masker wajah, orangtua mahasiswa di Taipei itu bersujud minta maaf kepada keluarga korban. ”Meskipun ia adalah anak kami, kejahatan yang dilakukan tak bisa dimaafkan,” kata ayah pelaku sembari menangis.
“Saya pikir dia harus dihukum mati. Ia harus menghadapinya sendiri. Hanya dengan demikian mungkin rasa sakit yang diderita para korban dan mereka yang terluka, beserta keluarga mereka mungkin sedikit mereda,” lanjut dia, seperti dikutip Daily Telegraph, Rabu (28/5/2014).
Sang ayah mendesak hakim untuk menjatuhkan hukuman mati kepada anaknya sesegera mungkin. ”Kami berharap Cheng Chieh dapat bertindak dengan cara yang benar untuk kehidupan berikutnya,” imbuh dia yang mempercayai adanya reinkarnasi.
Sementara itu, seorang juru bicara pengadilan Distrik Panchiao, Taipei, mengatakan tersangka telah mengakui kesalahannya. Namun, ia menolak untuk menjelaskan lebih lanjut alasan tindakan brutalnya itu.
Kepala Polisi Taipei, Chen Kuo -en, mengatakan kepada wartawan satu jam setelah serangan mematikan itu.”Dia (pelaku) mengatakan kepada polisi bahwa ia ingin melakukan ‘hal besar’ seperti ini, sejak masa kecilnya,” katanya. ”Ia mengatakan, bahwa ia telah merencanakan untuk melakukan ini.” Dalam catatan medis, pelaku tidak mengalami gangguan mental.
Cheng Chieh, 21, telah ditangkap polisi setempat setelah melakukan serangan mematikan di stasiun kereta api di Kumning. Pemerintah China sempat mencurigai kelompok separatis Uighur sebagai pelaku penyerangan yang menewaskan beberapa orang pada Rabu pekan lalu.
Selain menewaskan empat orang, pemuda itu juga meluaki 20 orang lainnya. Mengenakan topi dan masker wajah, orangtua mahasiswa di Taipei itu bersujud minta maaf kepada keluarga korban. ”Meskipun ia adalah anak kami, kejahatan yang dilakukan tak bisa dimaafkan,” kata ayah pelaku sembari menangis.
“Saya pikir dia harus dihukum mati. Ia harus menghadapinya sendiri. Hanya dengan demikian mungkin rasa sakit yang diderita para korban dan mereka yang terluka, beserta keluarga mereka mungkin sedikit mereda,” lanjut dia, seperti dikutip Daily Telegraph, Rabu (28/5/2014).
Sang ayah mendesak hakim untuk menjatuhkan hukuman mati kepada anaknya sesegera mungkin. ”Kami berharap Cheng Chieh dapat bertindak dengan cara yang benar untuk kehidupan berikutnya,” imbuh dia yang mempercayai adanya reinkarnasi.
Sementara itu, seorang juru bicara pengadilan Distrik Panchiao, Taipei, mengatakan tersangka telah mengakui kesalahannya. Namun, ia menolak untuk menjelaskan lebih lanjut alasan tindakan brutalnya itu.
Kepala Polisi Taipei, Chen Kuo -en, mengatakan kepada wartawan satu jam setelah serangan mematikan itu.”Dia (pelaku) mengatakan kepada polisi bahwa ia ingin melakukan ‘hal besar’ seperti ini, sejak masa kecilnya,” katanya. ”Ia mengatakan, bahwa ia telah merencanakan untuk melakukan ini.” Dalam catatan medis, pelaku tidak mengalami gangguan mental.
(mas)