Heboh, Ada Kebun Binatang Manusia di Norwegia

Sabtu, 17 Mei 2014 - 10:19 WIB
Heboh, Ada Kebun Binatang...
Heboh, Ada Kebun Binatang Manusia di Norwegia
A A A
OSLO-Sebuah proyek hiburan di Norwegia memicu hujatan keras dari berbagai pihak. Musababnya, proyek hiburan itu bernama kebun binatang, namun penghuninya para manusia.

Proyek wisata di Frogner Park, Oslo, sudah berjalan lima bulan terakhir. Para penghuninya, diklaim merupakan warga desa di Kongo atau dikenal sebagai Kongolandsbyen. Jumlah penghuninya sekitar 80 orang. Namun, puluhan orang itu diduga sebagai warga asal Senegal.

Proyek wisata itu berhasil menarik sekitar 1,4 juta pengunjung. Mereka menyaksikan puluhan warga tradisional berpakaian ala Afrika yang tinggal di gubuk-gubuk beratapkan daun palm. Di sekitar gubu-gubuk itulah, para penghunni “kebun binatang manusia” memasak, makan dan membuat kerajinan setiap hari.

”Kami sedang membangun kembali desa dalam rangka mengatasi isu-isu seputar amnesia sejarah, kekeliruan, evolusi rasisme dan arsitektur di balik proses pembangunan bangsa,” kata Fadlabi dan Cuzner, dua orang yang terlibat dalam proyek wisata itu.

Warga Norwegia pun penasaran untuk mencoba jadi peserta dalam acara itu. Nanna Melland, misalnya, seorang wanita Norwegia yang mengajukan diri untuk menjadi warga penduduk “Kebun Binatang Manusia” itu. Dia ingin tahu bagaimana rasanya tinggal di pondok primitif.

”Saya tidak tahu apakah saya akan bisa untuk tinggal di sini saat hujan,” katanya, penasaran. ”Dan di mana saya akan memasak makanan? Di mana saya akan mendapatkan air dan di mana saya akan pergi ke toilet ? Ini sangat primitif di sini,” lanjut dia, seperti dilansir Russia Today , kemarin (16/5/2014).

Dianggap Seni

Namun, proyek wisata itu menuai hujatan keras dari sejumlah kalangan. Salah satunya dari Belgia. Kedutaan Besar Belgia untuk Norwegia, Bo Krister Wallstrom, mengecam keras acara itu, terlebih dua bendera Belgia dipajang di area sekitar.

Dia minta bendera Belgia diturunkan. Bendera Belgia dipasang, karena para seniman Belgia ikut andil dalam proyek itu. Namun, para seniman Belgia menolak untuk menurunkan bendera tersebut. ”Ini adalah masalah antara kedutaan dan para seniman, “ kata Wallstrom kepada stasiun televisi NRK.” Kami tidak ada hubungannya dengan isi seni itu sendiri.”

Fadlabi, yang juga seniman dari proyek wisata itu mengabaikan hujatan yang muncul. Dia berpendapat, itu hanya bagian dari seni. ”Kritik itu mereda ketika mereka menemukan bahwa ( para relawan untuk pertunjukan) berasal dari mana-mana,” ujarnya.”Kita berpikir bahwa itu sangat rasis menurut para (kritikus), namun bahwa selama itu dicampur sedikit, tidak apa-apa.”
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6660 seconds (0.1#10.140)