Wanita berjanggut asal Austria menang kontes bernyanyi
A
A
A
Sindonews.com – Conchita Wusrt, 25, si wanita berjanggut asal Austria menjadi sorotan dunia. Dia baru saja memenangkan kontes bernyanyi di acara “Eurovision Song Contest” yang disiarkan saluran televisi di 45 negara dan ditonton 180 juta orang.
Wurst yang mengenakan sepatu hak tinggi, bulu mata kupu-kupu dan tidak mencukur janggutnya mendapat banyak dukungan saat menyanyikan lagu “Calm After The Storm”.
Wurst ternyata bukan wanita normal. Dia terlahir sebagai laki-laki dengan nama Tom Neuwirth. ”Bagi saya, mimpi saya telah menjadi kenyataan,” katanya dalam konferensi pers, usai kontes yang berlangsung Sabtu malam lalu.
“Tapi untuk masyarakat kita, itu hanya menunjukkan kepada saya, bahwa ada orang di luar sana yang ingin pergi ke masa depan. Anda tahu saya tidak mundur atau berpikir di masa lalu,” lanjut dia, seperti dilansir news.com.au, Senin (12/5/2014).
Pihak penyelenggara di Denmark, menyatakan toleransi menjadi tema utama untuk acara tahun ini. Kemenangan Wurst menjadi perbincangan publik dunia, karena dianggap sebagai perlawanan undang-udang anti-gay di Rusia. Pihak penyelenggara sengaja mengibarkan bendera berwarna pelangi yang melambangkan kebanggaan gay di Kopenghagen selama seminggu lalu.
”Saya berharap kami bisa mengubah beberapa pikiran orang,” kata asisten Wusrt, René Berto. ”Ini hanya seorang wanita dengan janggut. Tapi kita seperti telah mendarat di bulan,” lanjut dia.
Kemenangan Wurst menjadi pemenang pertama acara “Eurovision Song Contest” sebagai peserta teraneh sejak kontes itu digelar tahun 1966. Kemenangannya memicu kontroversi di beberapa negara. Bahkan, di Belarusia, Armenia dan Rusia yang pemerintahnya mengeluarkan peraturan anti-propaganda gay membuat petisi online untuk melarang Wusrt ikut kontes.
”Kami melakukannya. Ini adalah hal yang paling menakjubkan. Tapi saya tahu, dia akan menang Saya hanya tahu itu,” kata Damel Saric, penggemar acara kontes asal Austria kepada Reuters.
Kontes Eurovision sejatinya diciptakan untuk mempersatukan warga berbagai dunia setelah Perang Dunia II. Tapi, konflik politik ikut meramaikan kontes ini. Wurst sendiri mengaku mendukung Ukraina yang saat ini bersitegang dengan Rusia.
Wurst yang mengenakan sepatu hak tinggi, bulu mata kupu-kupu dan tidak mencukur janggutnya mendapat banyak dukungan saat menyanyikan lagu “Calm After The Storm”.
Wurst ternyata bukan wanita normal. Dia terlahir sebagai laki-laki dengan nama Tom Neuwirth. ”Bagi saya, mimpi saya telah menjadi kenyataan,” katanya dalam konferensi pers, usai kontes yang berlangsung Sabtu malam lalu.
“Tapi untuk masyarakat kita, itu hanya menunjukkan kepada saya, bahwa ada orang di luar sana yang ingin pergi ke masa depan. Anda tahu saya tidak mundur atau berpikir di masa lalu,” lanjut dia, seperti dilansir news.com.au, Senin (12/5/2014).
Pihak penyelenggara di Denmark, menyatakan toleransi menjadi tema utama untuk acara tahun ini. Kemenangan Wurst menjadi perbincangan publik dunia, karena dianggap sebagai perlawanan undang-udang anti-gay di Rusia. Pihak penyelenggara sengaja mengibarkan bendera berwarna pelangi yang melambangkan kebanggaan gay di Kopenghagen selama seminggu lalu.
”Saya berharap kami bisa mengubah beberapa pikiran orang,” kata asisten Wusrt, René Berto. ”Ini hanya seorang wanita dengan janggut. Tapi kita seperti telah mendarat di bulan,” lanjut dia.
Kemenangan Wurst menjadi pemenang pertama acara “Eurovision Song Contest” sebagai peserta teraneh sejak kontes itu digelar tahun 1966. Kemenangannya memicu kontroversi di beberapa negara. Bahkan, di Belarusia, Armenia dan Rusia yang pemerintahnya mengeluarkan peraturan anti-propaganda gay membuat petisi online untuk melarang Wusrt ikut kontes.
”Kami melakukannya. Ini adalah hal yang paling menakjubkan. Tapi saya tahu, dia akan menang Saya hanya tahu itu,” kata Damel Saric, penggemar acara kontes asal Austria kepada Reuters.
Kontes Eurovision sejatinya diciptakan untuk mempersatukan warga berbagai dunia setelah Perang Dunia II. Tapi, konflik politik ikut meramaikan kontes ini. Wurst sendiri mengaku mendukung Ukraina yang saat ini bersitegang dengan Rusia.
(mas)