Korut dicap perkawinan Soviet, Apartheid & Nazi
A
A
A
Sindonews.com – Pelapor khusus PBB dan anggota penyidik PBB untuk masalah pelanggaran HAM di Korea Utara (Korut), Marzuki Darusman, “menguliti” sistem yang digunakan pemimpin Korut. Dia menyatakan, sistem di Korut adalah kombinasi dari tiga sistem rezim yang pernah berjaya di masa lalu.
Tiga sistem rezim yang “dikawinkan” di Korut adalah rezim Nazi, Apartheid dan Soviet. Dari kombinasi tiga sistem itulah yang diduga menyebabkan pelanggaran HAM luar biasa yang dilakukan pemerintah Korut terhadap rakyatnya sendiri.
”Skala pelanggaran HAM di Korut menyamai kamp-kamp kematian Nazi,” kata Marzuki, dalam seminar bertajuk ”Jalan Panjang Penegakan dan Penghormatan HAM di Korea Utara” di gedung LIPI, Selasa (29/4/2014).
“Korut kombinasi dari tiga sistem ini, yang dikembangkan lebih tinggi. Anda bisa bayangkan perpaduan tiga model penindasan manusia yang sulit dipercaya bahwa itu terjadi di abad 20,” lanjut dia.
Menurut Marzuki kekejaman yang terjadi di Korut, sulit diungkapkan dengan kata-kata.”Bahkan, ada saksi hidup. Itu adalah pengalaman nyata dan kita tidak bisa membayangkan,” ujar Marzuki mengacu kepada kesaksian Hye Sook Kim, warga Korut yang berhasil selamat setelah melarikan diri Korea Utara tahun 2003.
Hye pernah menghuni kamp tahanan politik nomor 18 selama 28 tahun. Berbagai pengalaman pahitnya itu juga dia tuangkan dalam lukisan tentang jalur dan kamp-kamp tahanan politiK di Korut.
Tiga sistem rezim yang “dikawinkan” di Korut adalah rezim Nazi, Apartheid dan Soviet. Dari kombinasi tiga sistem itulah yang diduga menyebabkan pelanggaran HAM luar biasa yang dilakukan pemerintah Korut terhadap rakyatnya sendiri.
”Skala pelanggaran HAM di Korut menyamai kamp-kamp kematian Nazi,” kata Marzuki, dalam seminar bertajuk ”Jalan Panjang Penegakan dan Penghormatan HAM di Korea Utara” di gedung LIPI, Selasa (29/4/2014).
“Korut kombinasi dari tiga sistem ini, yang dikembangkan lebih tinggi. Anda bisa bayangkan perpaduan tiga model penindasan manusia yang sulit dipercaya bahwa itu terjadi di abad 20,” lanjut dia.
Menurut Marzuki kekejaman yang terjadi di Korut, sulit diungkapkan dengan kata-kata.”Bahkan, ada saksi hidup. Itu adalah pengalaman nyata dan kita tidak bisa membayangkan,” ujar Marzuki mengacu kepada kesaksian Hye Sook Kim, warga Korut yang berhasil selamat setelah melarikan diri Korea Utara tahun 2003.
Hye pernah menghuni kamp tahanan politik nomor 18 selama 28 tahun. Berbagai pengalaman pahitnya itu juga dia tuangkan dalam lukisan tentang jalur dan kamp-kamp tahanan politiK di Korut.
(mas)