Mesir deportasi aktivis anti hukuman mati
Mesir deportasi aktivis anti hukuman mati
A
A
A
Sindonews.com – Pihak berwenang Mesir mendeportasi seorang aktivis yang akan menyampaikan petisi terhadap hukuman mati yang dikenakan pada 529 pendukung Mohamed Mursi. Demikian diungkapkan pejabat keamanan setempat melaporkan, Jumat (4/4/2014).
Seperti dilansir Reuters, Wissam Tarif, seorang warga Libanon dari kelompok aktivis internasional, Avaaz. Tarif berharap untuk menyerahkan banding dalam pertemuan dengan Mufti, otoritas keagamaan tertinggi di Mesir untuk meninjau kembali semua hukuman mati.
"Saya mendarat di Bandara Kairo dan saya tidak diizinkan masuk. Nama saya muncul di komputer dan mereka membawa saya ke ruang deportasi, di mana saya diinterogasi oleh badan keamanan politik tentang pertemuan, tentang permohonan, dan tentang mufti," ungkap Tarif.
Tarif mengatakan, ia dilarang meninggalkan bandara untuk menghadiri pertemuan singkat dengan Mufti dan otoritas bandara menyita komputernya.
Para pejabat keamanan di bandara Kairo mengatakan, Tarif tiba di Mesir Selasa (1/4/2014) sore dan dideportasi 11 jam kemudian, setelah namanya muncul dalam daftar pengawasan. Pihak Kementerian Dalam Negeri Mesir sendiri belum memberikan komentar apapun mengenai insiden tersebut.
Seperti dilansir Reuters, Wissam Tarif, seorang warga Libanon dari kelompok aktivis internasional, Avaaz. Tarif berharap untuk menyerahkan banding dalam pertemuan dengan Mufti, otoritas keagamaan tertinggi di Mesir untuk meninjau kembali semua hukuman mati.
"Saya mendarat di Bandara Kairo dan saya tidak diizinkan masuk. Nama saya muncul di komputer dan mereka membawa saya ke ruang deportasi, di mana saya diinterogasi oleh badan keamanan politik tentang pertemuan, tentang permohonan, dan tentang mufti," ungkap Tarif.
Tarif mengatakan, ia dilarang meninggalkan bandara untuk menghadiri pertemuan singkat dengan Mufti dan otoritas bandara menyita komputernya.
Para pejabat keamanan di bandara Kairo mengatakan, Tarif tiba di Mesir Selasa (1/4/2014) sore dan dideportasi 11 jam kemudian, setelah namanya muncul dalam daftar pengawasan. Pihak Kementerian Dalam Negeri Mesir sendiri belum memberikan komentar apapun mengenai insiden tersebut.
(esn)
Explore More