Soal WNI korban perdagangan manusia di AS, ini kata KJRI
A
A
A
Sindonews.com – Pihak Konsul Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di New York membantah, jika pihaknya disebut tidak membantu Shandra Woworuntu, korban perdagangan manusia di Amerika Serikat.
Benny YP Siahaan, Koordinator Fungsi Konsuler Sosial Budaya dan Protokol, KJRI New York, mengatakan, staf KJRI justru membantu warga negara Indonesia (WNI) tersebut. Bantuan yang dimaksud adalah membantu memperoleh dokumen perjalanan baru, setelah dokumen yang lama dirampas sindikat perdagangan manusia di AS.
”Kadang-kadang kita menghadapi kasus WNI yang minta paspor lagi dan kita harus menelitinya terlebih dahulu. Mungkin staf yang ditemui Ibu Shandra ketika tahun 2001 itu agak kaku, tetapi ia justru ditolong oleh staf KJRI lainnya yang bernama Ferry Kurniadi,” kata Benny, dalam wawancaranya dengan VOA, kemarin.
“Ferry inilah yang kemudian membantu Shandra. Bahkan dia ikut mengunjungi Shandra di Brooklyn. Kebetulan Ferry Kurniadi kini sudah tidak bekerja lagi di KJRI New York lagi per 2012,” lanjut Benny.
Sebelumnya, Shandra, yang kini jadi aktivis anti-perdagangan manusia di AS menyebut, KJRI bersikap pasif saat dia menghadapai masalah besar kala itu. Shandra menjadi korban perdagangan manusia di AS tahun 2001. Dia kini menetap di New York.
Menurut Shandra KJRI kala itu tidak sigap saat dia butuh bantuan. “Orang di KJRI bilang ‘jika bebas boleh jalan-jalan ke mana saja tanpa paspor’. Saya sudah sampaikan paspor sudah diambil orang jahat dan sebagainya tetapi mereka tidak percaya,” kata Shandra yang kesal dengan sikap para petugas KJRI.
Benny YP Siahaan, Koordinator Fungsi Konsuler Sosial Budaya dan Protokol, KJRI New York, mengatakan, staf KJRI justru membantu warga negara Indonesia (WNI) tersebut. Bantuan yang dimaksud adalah membantu memperoleh dokumen perjalanan baru, setelah dokumen yang lama dirampas sindikat perdagangan manusia di AS.
”Kadang-kadang kita menghadapi kasus WNI yang minta paspor lagi dan kita harus menelitinya terlebih dahulu. Mungkin staf yang ditemui Ibu Shandra ketika tahun 2001 itu agak kaku, tetapi ia justru ditolong oleh staf KJRI lainnya yang bernama Ferry Kurniadi,” kata Benny, dalam wawancaranya dengan VOA, kemarin.
“Ferry inilah yang kemudian membantu Shandra. Bahkan dia ikut mengunjungi Shandra di Brooklyn. Kebetulan Ferry Kurniadi kini sudah tidak bekerja lagi di KJRI New York lagi per 2012,” lanjut Benny.
Sebelumnya, Shandra, yang kini jadi aktivis anti-perdagangan manusia di AS menyebut, KJRI bersikap pasif saat dia menghadapai masalah besar kala itu. Shandra menjadi korban perdagangan manusia di AS tahun 2001. Dia kini menetap di New York.
Menurut Shandra KJRI kala itu tidak sigap saat dia butuh bantuan. “Orang di KJRI bilang ‘jika bebas boleh jalan-jalan ke mana saja tanpa paspor’. Saya sudah sampaikan paspor sudah diambil orang jahat dan sebagainya tetapi mereka tidak percaya,” kata Shandra yang kesal dengan sikap para petugas KJRI.
(mas)