AS kecam ziarah Menlu Iran ke makam pemimpin Hizbullah
A
A
A
Sindonews.com – Pemerintah Amerika Serikat (AS) pada Selasa (14/1/2014), mengecam ziarah yang dilakukan Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif ke makam mantan pemimpin Hizbullah Libanon yang dituduh melakukan serangan yang menewaskan ratusan orang.
Pada awal pekan ini, beredar foto saat Zarif tengah meletakan karangan bunga di makam komandan militer Hizbullah, Imad Moughniyeh, di pinggiran selatan kota Beirut, Libanon.
Caitlin Hayden, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih menyebut Moughniyeh bertanggung jawab untuk tindakan keji terorisme yang menewaskan ratusan orang tak bersalah, termasuk warga AS.
"Kekerasan tidak manusiawi yang dilakukan Moughniyeh, dan bahwa Hizbullah Libanon terus melakukan hal itu di wilayah ini dengan dukungan keuangan dan material Iran, telah memperparah efek destabilisasi dan potensi kematian bagi Libanon dan kawasan itu," kata Hayden, seperti dikutip dari Reuters.
"Keputusan untuk memperingati seorang individu yang memiliki peran dalam tindakan kejam seperti itu, dan yang organisasinya terus aktif mendukung terorisme di seluruh dunia, mengirimkan pesan yang salah dan hanya akan memperburuk ketegangan di kawasan itu," lanjut Hayden.
Pada awal pekan ini, beredar foto saat Zarif tengah meletakan karangan bunga di makam komandan militer Hizbullah, Imad Moughniyeh, di pinggiran selatan kota Beirut, Libanon.
Caitlin Hayden, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih menyebut Moughniyeh bertanggung jawab untuk tindakan keji terorisme yang menewaskan ratusan orang tak bersalah, termasuk warga AS.
"Kekerasan tidak manusiawi yang dilakukan Moughniyeh, dan bahwa Hizbullah Libanon terus melakukan hal itu di wilayah ini dengan dukungan keuangan dan material Iran, telah memperparah efek destabilisasi dan potensi kematian bagi Libanon dan kawasan itu," kata Hayden, seperti dikutip dari Reuters.
"Keputusan untuk memperingati seorang individu yang memiliki peran dalam tindakan kejam seperti itu, dan yang organisasinya terus aktif mendukung terorisme di seluruh dunia, mengirimkan pesan yang salah dan hanya akan memperburuk ketegangan di kawasan itu," lanjut Hayden.
(esn)