Palestina: Ariel Sharon adalah kriminal
A
A
A
Sindonews.com – Seorang tokoh senior Palestina menyebut mantan Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon, yang wafat pada Sabtu (11/1/2014), sebagai penjahat yang seharusnya diadili di Pengadilan Kriminal Internasional.
"Sharon adalah penjahat yang bertanggung jawab atas pembunuhan (Presiden Palestina Yasser) Arafat dan kami berharap untuk melihat dia muncul di Pengadilan Kriminal Internasional sebagai penjahat perang," kata Jibril Rajub, seorang pejabat senior partai Fatah.
Sementara gerakan Islam Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, mengatakan, kematian Sharon adalah sebuah "momen bersejarah " menandai hilangnya seorang penjahat yang tangannya berlumuran darah Palestina.
Ahmed Yassin, adalah pendiri dan pemimpin spiritual dari gerakan militan Hamas, dibunuh oleh Israel di bawah kepemimpinan Sharon pada tahun 2004.
Sarah Leah Whitson, Direktur Human Rights Watch di wilayah Timur Tengah menyayangkan, bahwa Sharon tidak pernah menghadapi proses pengadilan. Terutama atas perannya dalam kamp pembunuhan di Beirut.
"Ini memalukan, bahwa Sharon telah pergi ke kubur tanpa menghadapi keadilan bagi perannya di Sabra dan Shatila dan pelanggaran lainnya," kata whitson, seperti dikutip dari AFP.
"Sharon adalah penjahat yang bertanggung jawab atas pembunuhan (Presiden Palestina Yasser) Arafat dan kami berharap untuk melihat dia muncul di Pengadilan Kriminal Internasional sebagai penjahat perang," kata Jibril Rajub, seorang pejabat senior partai Fatah.
Sementara gerakan Islam Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, mengatakan, kematian Sharon adalah sebuah "momen bersejarah " menandai hilangnya seorang penjahat yang tangannya berlumuran darah Palestina.
Ahmed Yassin, adalah pendiri dan pemimpin spiritual dari gerakan militan Hamas, dibunuh oleh Israel di bawah kepemimpinan Sharon pada tahun 2004.
Sarah Leah Whitson, Direktur Human Rights Watch di wilayah Timur Tengah menyayangkan, bahwa Sharon tidak pernah menghadapi proses pengadilan. Terutama atas perannya dalam kamp pembunuhan di Beirut.
"Ini memalukan, bahwa Sharon telah pergi ke kubur tanpa menghadapi keadilan bagi perannya di Sabra dan Shatila dan pelanggaran lainnya," kata whitson, seperti dikutip dari AFP.
(esn)