Snowden sebut serangan bom kimia rezim Assad meragukan
A
A
A
Sindonews.com – Pemerintah Rusia mengklaim mempunyai bukti terbaru, bahwa pelaku serangan bom kimia di Suriah bukan rezim Pemerintah Presiden Bashar al-Assad. Klaim itu, bersumber dari bocoran whistleblower National Security Agency (NSA) Amerika Serikat, Edward Joseph Snowden, 30.
”Kurangnya bukti (tentang penggunaan senjata kimia oleh Pemerintah Suriah) adalah hal yang sangat aneh, karena publik belajar dari laporan Edward Snowden. Sebuah data milik AS yang diperoleh dari intelijen yang kuat di Suriah,” kata Duta Besar Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin, kepada wartawan usai pertemuan tertutup dengan Sekjen PBB, Ban Ki-moon, seperti dikutip Reuters, Selasa (17/12/2013).
Namun, Pemerintah AS mengabaikan informasi terbaru itu. ”Permintaan kami untuk memasukkan informasi tambahan yang bisa membuktikan keterlibatan pihak lain selain Pemerintah Suriah dalam penggunaan senjata kimia diabaikan oleh Washington,” ujar Churkin.
Churkin mengatakan, tuduhan keterlibatan Pemerintah Suriah dalam serangan bom kimia, termasuk serangan gas sarin pada 21 Agustus 2013 yang menewaskan ratusan orang tidak meyakinkan. ”Moskow melihat insiden 21 Agustus 2013 itu sebagai provokasi yang dilakukan pemberontak," ujarnya.
Tidak hanya AS, Inggris bahkan mencibir klaim informasi terbaru terkait pelaku serangan bom kimia Suriah itu. “Rusia menggunakan diplomasi pertahanan cumi-cumi raksasa klasik. Jika Anda menyemprotkan cukup tinta ke dalam air, Anda mencoba untuk bermain lumpur, sehingga orang tidak bisa melihat jelas apa yang terjadi,” sindir Duta Besar Inggris, Mark Lyall Grant.
”Kurangnya bukti (tentang penggunaan senjata kimia oleh Pemerintah Suriah) adalah hal yang sangat aneh, karena publik belajar dari laporan Edward Snowden. Sebuah data milik AS yang diperoleh dari intelijen yang kuat di Suriah,” kata Duta Besar Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin, kepada wartawan usai pertemuan tertutup dengan Sekjen PBB, Ban Ki-moon, seperti dikutip Reuters, Selasa (17/12/2013).
Namun, Pemerintah AS mengabaikan informasi terbaru itu. ”Permintaan kami untuk memasukkan informasi tambahan yang bisa membuktikan keterlibatan pihak lain selain Pemerintah Suriah dalam penggunaan senjata kimia diabaikan oleh Washington,” ujar Churkin.
Churkin mengatakan, tuduhan keterlibatan Pemerintah Suriah dalam serangan bom kimia, termasuk serangan gas sarin pada 21 Agustus 2013 yang menewaskan ratusan orang tidak meyakinkan. ”Moskow melihat insiden 21 Agustus 2013 itu sebagai provokasi yang dilakukan pemberontak," ujarnya.
Tidak hanya AS, Inggris bahkan mencibir klaim informasi terbaru terkait pelaku serangan bom kimia Suriah itu. “Rusia menggunakan diplomasi pertahanan cumi-cumi raksasa klasik. Jika Anda menyemprotkan cukup tinta ke dalam air, Anda mencoba untuk bermain lumpur, sehingga orang tidak bisa melihat jelas apa yang terjadi,” sindir Duta Besar Inggris, Mark Lyall Grant.
(mas)