Sangkal Arafat diracun, argumen ilmuwan Perancis lemah
A
A
A
Sindonews.com –Tim ilmuwan Swiss yang memeriksa sampel dari tubuh mantan pemimpin Palestina Yasser Arafat, menyebut argumen tim ilmuwan Perancis lemah. Para ilmuwan forensik Perancis dengan laporan empat halaman menyimpulkan kematian Arafat tahun 2004 bukan karena diracun polonium 210.
Kesimpulan tim Perancis itu dianggap janggal tak hanya oleh janda mendiang Yasser Arafat, Suha Arafat, tapi juga oleh tim ilmuwan Swiss. Francois Bochud, direktur lembaga fisika radiasi di Rumah Sakit Universitas Lausanne (CHUV) yang membantu tim Swiss menggali jenazah Arafat setahun lalu, mengatakan, metode penelitian yang dilakukan tim Perancis mirip dengan yang dilakukan tim Swiss.
”Pengukuran dasarnya sama dengan tim Perancis. Ketika kita mencoba untuk menjelaskan asal-usul apa yang kita amati, kami tiba pada kesimpulan yang berbeda karena kami melangkah lebih jauh,” kata Bochud Reuters yang dirilis Jumat (6/12/2013).
”Kami berada dalam perjanjian, kecuali tim Perancis mengatakan polonium diendapkan oleh radon, tetapi argumen mereka itu sangat lemah,” kata Bochud lagi.
Sementara itu, para ilmuwan Rusia yang ikut meneliti belum mempublikasikan hasilnya. Namun, penyidik Palestina mengklaim mengutip laporan tim Rusia, bahwa kesimpulan mereka mendukung teori bahwa kematian Arafat karena diracun.
Arafat, yang menandatangani perjanjian damai sementara dengan Israel pada 1993 atau dikenal perjanjian Oslo 1993, meninggal pada usia 75 di sebuah rumah sakit Perancis pada bulan November 2004. Kematiannya terjadi empat minggu setelah ia jatuh sakit setelah makan, menderita muntah dan sakit perut.
Penyebab resmi kematian adalah stroke, tetapi dokter Perancis mengatakan pada saat itu, bahwa mereka tidak dapat menentukan asal penyakitnya. Juga tidak ada otopsi yang dilakukan.
Kesimpulan tim Perancis itu dianggap janggal tak hanya oleh janda mendiang Yasser Arafat, Suha Arafat, tapi juga oleh tim ilmuwan Swiss. Francois Bochud, direktur lembaga fisika radiasi di Rumah Sakit Universitas Lausanne (CHUV) yang membantu tim Swiss menggali jenazah Arafat setahun lalu, mengatakan, metode penelitian yang dilakukan tim Perancis mirip dengan yang dilakukan tim Swiss.
”Pengukuran dasarnya sama dengan tim Perancis. Ketika kita mencoba untuk menjelaskan asal-usul apa yang kita amati, kami tiba pada kesimpulan yang berbeda karena kami melangkah lebih jauh,” kata Bochud Reuters yang dirilis Jumat (6/12/2013).
”Kami berada dalam perjanjian, kecuali tim Perancis mengatakan polonium diendapkan oleh radon, tetapi argumen mereka itu sangat lemah,” kata Bochud lagi.
Sementara itu, para ilmuwan Rusia yang ikut meneliti belum mempublikasikan hasilnya. Namun, penyidik Palestina mengklaim mengutip laporan tim Rusia, bahwa kesimpulan mereka mendukung teori bahwa kematian Arafat karena diracun.
Arafat, yang menandatangani perjanjian damai sementara dengan Israel pada 1993 atau dikenal perjanjian Oslo 1993, meninggal pada usia 75 di sebuah rumah sakit Perancis pada bulan November 2004. Kematiannya terjadi empat minggu setelah ia jatuh sakit setelah makan, menderita muntah dan sakit perut.
Penyebab resmi kematian adalah stroke, tetapi dokter Perancis mengatakan pada saat itu, bahwa mereka tidak dapat menentukan asal penyakitnya. Juga tidak ada otopsi yang dilakukan.
(mas)