Palestina Desak Belanda Mengakui Negara Palestina
loading...
A
A
A
TEPI BARAT - Perdana Menteri (PM) Palestina Mohammad Shtayyeh mendesak Belanda pada Kamis (25/1/2024) untuk mengakui Negara Palestina.
Shtayyeh memuji upayanya di tingkat internasional melawan kekerasan pemukim Israel, menurut pernyataan dari kantornya, dilansir Anadolu Agency.
Pernyataan tersebut disampaikan Shtayyeh pada pertemuan dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Belanda Hanke Bruins di Ramallah, Tepi Barat tengah.
Dia juga mendesak Bruins “meningkatkan tekanan internasional terhadap Israel agar segera menghentikan agresinya, dan membuka penyeberangan untuk memastikan kedatangan bantuan kemanusiaan dalam jumlah yang cukup” bagi warga Palestina di Gaza.
Perdana Menteri Palestina mengatakan kepada menlu Belanda bahwa kebijakan Israel sesuai dengan tujuan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang “merusak kemungkinan berdirinya Negara Palestina.”
“Solusi politik harus berada dalam kerangka internasional, setelah model perundingan bilateral gagal selama 30 tahun,” ujar Shtayyeh, mengacu pada perundingan Palestina-Israel yang terhenti dan gagal total pada tahun 2014.
Israel melancarkan serangan mematikan terhadap Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober.
Genosida oleh Israel telah menewaskan lebih dari 25.700 korban dan melukai 63.740 warga Palestina.
Hampir 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas. Namun, sejak saat itu, Haaretz mengungkap helikopter dan tank tentara Israel, pada kenyataannya, telah membunuh banyak dari 1.139 tentara dan warga sipil Israel sendiri.
Serangan Israel telah menyebabkan 85% penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan.
Adapun 60% infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Lihat Juga: 3 Alasan Norwegia Akui Palestina sebagai Negara, Dukungan yang Lebih Kuat untuk Perdamaian Timur Tengah
Shtayyeh memuji upayanya di tingkat internasional melawan kekerasan pemukim Israel, menurut pernyataan dari kantornya, dilansir Anadolu Agency.
Pernyataan tersebut disampaikan Shtayyeh pada pertemuan dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Belanda Hanke Bruins di Ramallah, Tepi Barat tengah.
Dia juga mendesak Bruins “meningkatkan tekanan internasional terhadap Israel agar segera menghentikan agresinya, dan membuka penyeberangan untuk memastikan kedatangan bantuan kemanusiaan dalam jumlah yang cukup” bagi warga Palestina di Gaza.
Perdana Menteri Palestina mengatakan kepada menlu Belanda bahwa kebijakan Israel sesuai dengan tujuan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang “merusak kemungkinan berdirinya Negara Palestina.”
“Solusi politik harus berada dalam kerangka internasional, setelah model perundingan bilateral gagal selama 30 tahun,” ujar Shtayyeh, mengacu pada perundingan Palestina-Israel yang terhenti dan gagal total pada tahun 2014.
Israel melancarkan serangan mematikan terhadap Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober.
Genosida oleh Israel telah menewaskan lebih dari 25.700 korban dan melukai 63.740 warga Palestina.
Hampir 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas. Namun, sejak saat itu, Haaretz mengungkap helikopter dan tank tentara Israel, pada kenyataannya, telah membunuh banyak dari 1.139 tentara dan warga sipil Israel sendiri.
Serangan Israel telah menyebabkan 85% penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan.
Adapun 60% infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Lihat Juga: 3 Alasan Norwegia Akui Palestina sebagai Negara, Dukungan yang Lebih Kuat untuk Perdamaian Timur Tengah
(sya)