Imbas arus pengungsi Suriah, situasi di Libanon mengkhawatirkan
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Urusan Sosial Libanon, Wael Abou Faour memperingatkan, bahwa arus besar pengungsi Suriah ke Libanon dalam beberapa hari terakhir tidak bisa lagi diselesaikan melalui bantuan kemanusiaan. Pemerintah Libanon harus meminta masyarakat internasional untuk menerapkan langkah-langkah politik atau keamanan untuk mengakhiri krisis tersebut.
"Situasi kini sangat menghawatirkan. Arus pengungsi Suriah yang terus mengali rmasuk telah menjadi beban tambahan yang tidak mampu diitangani oleh Pemerintah Libanon," ungkap Faour. Menurutnya, masalah ini telah di luar batas dari permintaan bantuan. "Pemerintah Libanon seharusnya meminta solusi politik dari negara-negara besar yang sedang bekerja untuk menemukan solusi atas krisis yang terjadi di Suriah," ungkap Faour.
Faour mengatakan, saat ini perundingan damai konferensi Jenewa II ditunda, harus ada sebuah langkah politik dan keamanan guna membatasi tekanan yang ditimbulkan dari keberadaan pengungsi tersebut.
"Jika konferensi tersebut tidak digelar dalam waktu dekat, maka masyarakat internasional harus menciptakan gencatan senjata di Suriah atau mendirikan kamp-kamp pengungsi atau sebuah koridor kemanusiaan tersebuka disana," jelas Faour.
Keluhan Faour tersebut datang setelah PBB melaporkan bahwa dalam kurun waktu tiga haru terakhir sebanyak 6 ribu warga Suriah tiba di Libanon. Mereka datang karena tentara Suriah tengah berupaya mengusir pemberontak dari wilayah pegunungan Qalamoun yang berada seoanjang wilayah perbatasan, dari sisi utara Damaskus.
Wilayah tersebut dianggap strategis karena telah menjadi rute pasokan bagi kelompok oposisi di wilayah utara Damaskus sekaligus jalan raya utama yang menghubungkan wilayah utara dan selatan yang menghubungan benteng pemerintah dan wilayah Mediterania.
Menurut sebuah sumber Kementerian Urusan Sosial Libanon, Perdana Menteri Najib Miqati telah mengadakan pembicaraan darurat dengan sejumlah perwakilan dari kekuatan regional dan barat untuk menemukan cara agar membatasi pembengkakan arus pengungsi Suriah di Libanon.
"Situasi kini sangat menghawatirkan. Arus pengungsi Suriah yang terus mengali rmasuk telah menjadi beban tambahan yang tidak mampu diitangani oleh Pemerintah Libanon," ungkap Faour. Menurutnya, masalah ini telah di luar batas dari permintaan bantuan. "Pemerintah Libanon seharusnya meminta solusi politik dari negara-negara besar yang sedang bekerja untuk menemukan solusi atas krisis yang terjadi di Suriah," ungkap Faour.
Faour mengatakan, saat ini perundingan damai konferensi Jenewa II ditunda, harus ada sebuah langkah politik dan keamanan guna membatasi tekanan yang ditimbulkan dari keberadaan pengungsi tersebut.
"Jika konferensi tersebut tidak digelar dalam waktu dekat, maka masyarakat internasional harus menciptakan gencatan senjata di Suriah atau mendirikan kamp-kamp pengungsi atau sebuah koridor kemanusiaan tersebuka disana," jelas Faour.
Keluhan Faour tersebut datang setelah PBB melaporkan bahwa dalam kurun waktu tiga haru terakhir sebanyak 6 ribu warga Suriah tiba di Libanon. Mereka datang karena tentara Suriah tengah berupaya mengusir pemberontak dari wilayah pegunungan Qalamoun yang berada seoanjang wilayah perbatasan, dari sisi utara Damaskus.
Wilayah tersebut dianggap strategis karena telah menjadi rute pasokan bagi kelompok oposisi di wilayah utara Damaskus sekaligus jalan raya utama yang menghubungkan wilayah utara dan selatan yang menghubungan benteng pemerintah dan wilayah Mediterania.
Menurut sebuah sumber Kementerian Urusan Sosial Libanon, Perdana Menteri Najib Miqati telah mengadakan pembicaraan darurat dengan sejumlah perwakilan dari kekuatan regional dan barat untuk menemukan cara agar membatasi pembengkakan arus pengungsi Suriah di Libanon.
(esn)