Turki bantah izinkan ekstrimis melintasi perbatasan ke Suriah
Selasa, 19 November 2013 - 14:42 WIB

Turki bantah izinkan ekstrimis melintasi perbatasan ke Suriah
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu membalikan tudingan bahwa Turki telah mengizinkan para ekstremis melintasi perbatasan menuju Suriah, Senin (18/11/2013). Davutoglu malah menyerukan untuk menggelar kerjasama intelijen yang lebih besar.
"Turki tidak akan membiarkan atau mentolerasi kelompok ekstrimis melintasi perbatasan Turki," ungkap Davutoglu setelah menggelar pertemuan dengan para pejabat Amerik Serikat di Washington.
Bantahan tersebut merupakan respon atas tudingan Washington Post pada akhir pekan kemarin, yang mengatakan Ankara telah menutup mata saat relawan militan mengalir masuk ke Suriah melalui wilayah Turki untuk melawan tentara Suriah. Seperti diketahui, ekstrimis telah meningkatkan jumlah anggota kelompok al-Qaeda yang terkait dengan oposisi Suriah.
Davutoglu mengungkapkan, Turki telah meminta sejumlah negara Barat untuk bertukar informasi data intelijen untuk tersangka militan, sehingga otoritas Turki bisa mencegah mereka memasuki Suriah.
"Kami mengatakan kepada mereka, karena Anda tahu siapa mereka maka cegah mereka jangan sampai pergi, agar tidak datang ke Turki, atau berikan kami daftar nama dan kami akan mencegah mereka untuk datang ke Turki," tegas Davutoglu. "Jika kita memulai kerjasama sebelum orang ini datang, maka akan beorientasi pada hasil, hal itu seperti apa yang kita inginkan," imbuhnya.
"Mustahil bagi Turki untuk mengidentifikasi ekstremis potensial di antara 34 juta wisatawan yang mengunjungi negara setiap tahun. Bagi negara, mereka telah menjadi sumber pendapatan penting," ungkap Davutoglu.
Davutoglu menjelaskan, luas wilayah Turki yang berbatasan dengan Suriah adalah sepanjang 911 kilometer, sementara pemerintah Turki telah berupaya melakukan sejumlah hal yang dapat dilakukan. "Jika tidak ada permintaan pada satu sisi, kami tidak dapat menjamin bahwa wilayah perbatasan itu aman," tegas Davutoglu.
Saat ini pemerintah Turki telah menemukan posisi untuk bertindak dengan seimbang. "Jika Anda bersikap terlalu keras, maka akan dikritik atas alasan kemanusiaan. Jika Anda terlalu liberal, maka orang-orang akan pergi dan datang dengan bebasnya dan itu justru akan menjadi sebuah ancaman," papar Davutoglu.
"Turki tidak akan membiarkan atau mentolerasi kelompok ekstrimis melintasi perbatasan Turki," ungkap Davutoglu setelah menggelar pertemuan dengan para pejabat Amerik Serikat di Washington.
Bantahan tersebut merupakan respon atas tudingan Washington Post pada akhir pekan kemarin, yang mengatakan Ankara telah menutup mata saat relawan militan mengalir masuk ke Suriah melalui wilayah Turki untuk melawan tentara Suriah. Seperti diketahui, ekstrimis telah meningkatkan jumlah anggota kelompok al-Qaeda yang terkait dengan oposisi Suriah.
Davutoglu mengungkapkan, Turki telah meminta sejumlah negara Barat untuk bertukar informasi data intelijen untuk tersangka militan, sehingga otoritas Turki bisa mencegah mereka memasuki Suriah.
"Kami mengatakan kepada mereka, karena Anda tahu siapa mereka maka cegah mereka jangan sampai pergi, agar tidak datang ke Turki, atau berikan kami daftar nama dan kami akan mencegah mereka untuk datang ke Turki," tegas Davutoglu. "Jika kita memulai kerjasama sebelum orang ini datang, maka akan beorientasi pada hasil, hal itu seperti apa yang kita inginkan," imbuhnya.
"Mustahil bagi Turki untuk mengidentifikasi ekstremis potensial di antara 34 juta wisatawan yang mengunjungi negara setiap tahun. Bagi negara, mereka telah menjadi sumber pendapatan penting," ungkap Davutoglu.
Davutoglu menjelaskan, luas wilayah Turki yang berbatasan dengan Suriah adalah sepanjang 911 kilometer, sementara pemerintah Turki telah berupaya melakukan sejumlah hal yang dapat dilakukan. "Jika tidak ada permintaan pada satu sisi, kami tidak dapat menjamin bahwa wilayah perbatasan itu aman," tegas Davutoglu.
Saat ini pemerintah Turki telah menemukan posisi untuk bertindak dengan seimbang. "Jika Anda bersikap terlalu keras, maka akan dikritik atas alasan kemanusiaan. Jika Anda terlalu liberal, maka orang-orang akan pergi dan datang dengan bebasnya dan itu justru akan menjadi sebuah ancaman," papar Davutoglu.
(esn)