PBB: Jutaan korban topan di Visayas kelaparan
A
A
A
Sindonews.com – Kantor PBB untuk Koordinas Kemanusiaan (UNOCHA), menyatakan, jutaan orang di Visayas, Filipina, diyakini masih kelaparan setelah selama 10 hari sejak diterjang topan Haiyan, tak tersentuh bantuan.
UNOCHA mencatat, di Visayas, baru sekitar 375.000 orang telah tersentuh bantuan. ” Namun 2,5 juta orang masih membutuhkan bantuan pangan,” kata Matthew Cochrane , juru bicara UNOCHA, seperti dilansir media Filipina, Inqurer, Selasa (19/11/2013).
Data itu, menurut Cochrane, berasal dari data yang dikumpulkan dari berbagai organisasi lokal dan internasional yang terlibat dalam pekerjaan kemanusiaan di daerah-daerah dilanda topan Haiyan atau topan Yolanda.
Menurut Cochrane, sekitar 3 juta orang mengungsi akibat topan terkuat di dunia itu. Dari jumlah itu, lebih dari 70 persennya ada di sejumlah Provinsi di Visayas, seperti Antik, Capiz, Guimaras, Iloilo dan Negros Occidental.
Laporan dari Departemen Kesejahteraan dan Pembangunan Sosial (DSWD), menunjukkan bahwa sekitar 2,3 juta , atau 18 persen dari mereka yang terkena dampak topan Haiyan ditemukan di sebelah timur , barat dan tengah Visayas.
Masih banyaknya korban topan yang kelaparan, kata Cochrane, dipicu macetnya distribusi bantuan khususnya di enam provinsi di Visayas Barat. ”Sebagian besar dari mereka belum tersentuh (bantuan), tidak seperti di Tacloban, yang telah beberapa kali menerima bantuan,” ujar Cochrane.
Pejabat dan politisi dari Leyte, Ferdinand Martin Romualdez, menyalahkan keterlambatan bantuan itu karena kacaunya birokrasi. Dia mendesak penciptaan departemen atau otoritas manajemen darurat yang akan dipimpin seorang menteri untuk menggantikan sistem tanggap darurat yang gagal bekerja.
”Sistem saat ini telah terbukti tidak siap menghadapi bencana besar, yang kita menginginkannya, tapi kita harus hadapi,” kata Romualdez dalam pidato kehormatan di DPR setempat kemarin.
UNOCHA mencatat, di Visayas, baru sekitar 375.000 orang telah tersentuh bantuan. ” Namun 2,5 juta orang masih membutuhkan bantuan pangan,” kata Matthew Cochrane , juru bicara UNOCHA, seperti dilansir media Filipina, Inqurer, Selasa (19/11/2013).
Data itu, menurut Cochrane, berasal dari data yang dikumpulkan dari berbagai organisasi lokal dan internasional yang terlibat dalam pekerjaan kemanusiaan di daerah-daerah dilanda topan Haiyan atau topan Yolanda.
Menurut Cochrane, sekitar 3 juta orang mengungsi akibat topan terkuat di dunia itu. Dari jumlah itu, lebih dari 70 persennya ada di sejumlah Provinsi di Visayas, seperti Antik, Capiz, Guimaras, Iloilo dan Negros Occidental.
Laporan dari Departemen Kesejahteraan dan Pembangunan Sosial (DSWD), menunjukkan bahwa sekitar 2,3 juta , atau 18 persen dari mereka yang terkena dampak topan Haiyan ditemukan di sebelah timur , barat dan tengah Visayas.
Masih banyaknya korban topan yang kelaparan, kata Cochrane, dipicu macetnya distribusi bantuan khususnya di enam provinsi di Visayas Barat. ”Sebagian besar dari mereka belum tersentuh (bantuan), tidak seperti di Tacloban, yang telah beberapa kali menerima bantuan,” ujar Cochrane.
Pejabat dan politisi dari Leyte, Ferdinand Martin Romualdez, menyalahkan keterlambatan bantuan itu karena kacaunya birokrasi. Dia mendesak penciptaan departemen atau otoritas manajemen darurat yang akan dipimpin seorang menteri untuk menggantikan sistem tanggap darurat yang gagal bekerja.
”Sistem saat ini telah terbukti tidak siap menghadapi bencana besar, yang kita menginginkannya, tapi kita harus hadapi,” kata Romualdez dalam pidato kehormatan di DPR setempat kemarin.
(mas)