Perancis pertimbangkan beri bantuan kontra terorisme ke Libya
A
A
A
Sindonews.com – Menteri Luar Negeri Perancis, Laurent Fabius, mengatakan pada Kamis (14/11/2013), bahwa negaranya tengah mempertimbangkan untuk memberikan bantuan lebih banyak ke Libya dalam hal kontra-terorisme. Termasuk pelatihan lebih banyak polisi.
Fabius mengatakan, kehadiran militer Perancis di Libya, yang juga negara tetangga Mali, diperlukan untuk membantu menjaga keamanan di wilayah itu. Sebab, kaum militan telah melontarkan ancaman untuk menyerang kepentingan Perancis di wilayah tersebut.
“Perancis telah sepakat untuk melatih 1.000 polisi Libya soal kontra-terorisme dan rencana untuk melatih 1.500 lainnya,” kata Fabius di sela-sela sebuah konferensi keamanan regional di Ibu Kota Maroko, Rabat.
Menurutnya, Perancis sedang mempertimbangkan jumlah bantuan dan pelatihan lanjutan bagi Libya, tetapi ia tidak akan memberikan rincian berapa banyak. "Sayangnya, terorisme meningkat di Maghreb dan daerah Sahel. Jelas, negara-negara itu adalah yang pertama merasa khawatir, tapi kami juga," kata Fabius, seperti dikutip dari Reuters.
Dua tahun setelah pemberontakan untuk menggulingkan diktator Muammar Gaddafi, Pemerintah Libya masih terus berjuang untuk mengendalikan kelompok bersenjata. Banyak kelompok militan yang menggunakan wilayah selatan Libya sebagai basis.
"Di selatan ada banyak kelompok teroris, seperti al-Qaeda, Ansar al-Syariah, dan lain-lain," kata Menteri Luar Negeri Libya, Mohammed Abdelaziz. "Kami berusaha untuk membangun layanan intelijen dan pertukaran informasi dengan mitra kami untuk membantu kami untuk mengambil kendali," lanjutnya.
Fabius mengatakan, kehadiran militer Perancis di Libya, yang juga negara tetangga Mali, diperlukan untuk membantu menjaga keamanan di wilayah itu. Sebab, kaum militan telah melontarkan ancaman untuk menyerang kepentingan Perancis di wilayah tersebut.
“Perancis telah sepakat untuk melatih 1.000 polisi Libya soal kontra-terorisme dan rencana untuk melatih 1.500 lainnya,” kata Fabius di sela-sela sebuah konferensi keamanan regional di Ibu Kota Maroko, Rabat.
Menurutnya, Perancis sedang mempertimbangkan jumlah bantuan dan pelatihan lanjutan bagi Libya, tetapi ia tidak akan memberikan rincian berapa banyak. "Sayangnya, terorisme meningkat di Maghreb dan daerah Sahel. Jelas, negara-negara itu adalah yang pertama merasa khawatir, tapi kami juga," kata Fabius, seperti dikutip dari Reuters.
Dua tahun setelah pemberontakan untuk menggulingkan diktator Muammar Gaddafi, Pemerintah Libya masih terus berjuang untuk mengendalikan kelompok bersenjata. Banyak kelompok militan yang menggunakan wilayah selatan Libya sebagai basis.
"Di selatan ada banyak kelompok teroris, seperti al-Qaeda, Ansar al-Syariah, dan lain-lain," kata Menteri Luar Negeri Libya, Mohammed Abdelaziz. "Kami berusaha untuk membangun layanan intelijen dan pertukaran informasi dengan mitra kami untuk membantu kami untuk mengambil kendali," lanjutnya.
(esn)