Polisi dan buruh garmen Bangladesh bentrok
A
A
A
Sindonews.com – Polisi Bangladesh menembakkan peluru karet dan gas air mata untuk membubarkan demo buruh garmen di Ashulia, Kamis (14/11/2013). Para buruh turun ke jalan untuk memprotes upah minimum yang baru diterapkan di negara itu, sebesar USD100 per bulan.
Sebelumnya, ratusan pabrik di kawasan Ashulia sempat ditutup akibat gelombang aksi demo buruh. "Semua pabrik yang berbasis di Ashulia dibuka kembali pada pagi hari, tetapi pekerja tetap mogok dan memblokir jalan raya utama," kata inspektur polisi industri Ashulia, Abdus Sattar, seperti dikutip dari Channel News Asia.
"Kami mencoba untuk membersihkan jalan raya, tapi mereka melempari polisi dengan batu. Sebagai tindakan balasan, kami menembakkan peluru karet dan gas air mata," lanjut Sattar. Ia menambahkan, satu polisi wanita terluka selama bentrokan dengan buruh garmen.
Sementara itu, Muhammad Ibrahim, seorang pemimpin serikat buruh mengatakan, para buruh meminta upah segera dinaikan. "Para pengunjuk rasa terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok tetap pada permintaan asli, yakni upah USD100, sementara kelompok lain menginginkan implementasi langsung dari gaji baru," kata Ibrahim.
Protes upah rendah dan kondisi kerja telah meningkat di Bangladesh sejak runtuhnya Plaza Rana, sebuah kompleks pabrik pada April lalu yang menewaskan 1.135 orang. Saat ini, upah buruh garmen di Bangladesh adalah yang terendah di dunia.
Sebelumnya, ratusan pabrik di kawasan Ashulia sempat ditutup akibat gelombang aksi demo buruh. "Semua pabrik yang berbasis di Ashulia dibuka kembali pada pagi hari, tetapi pekerja tetap mogok dan memblokir jalan raya utama," kata inspektur polisi industri Ashulia, Abdus Sattar, seperti dikutip dari Channel News Asia.
"Kami mencoba untuk membersihkan jalan raya, tapi mereka melempari polisi dengan batu. Sebagai tindakan balasan, kami menembakkan peluru karet dan gas air mata," lanjut Sattar. Ia menambahkan, satu polisi wanita terluka selama bentrokan dengan buruh garmen.
Sementara itu, Muhammad Ibrahim, seorang pemimpin serikat buruh mengatakan, para buruh meminta upah segera dinaikan. "Para pengunjuk rasa terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok tetap pada permintaan asli, yakni upah USD100, sementara kelompok lain menginginkan implementasi langsung dari gaji baru," kata Ibrahim.
Protes upah rendah dan kondisi kerja telah meningkat di Bangladesh sejak runtuhnya Plaza Rana, sebuah kompleks pabrik pada April lalu yang menewaskan 1.135 orang. Saat ini, upah buruh garmen di Bangladesh adalah yang terendah di dunia.
(esn)