Rusia tak percaya AS berhenti menyadap
A
A
A
Sindonews.com – Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev mengaku prihatin, setelah Amerika Serikat jadi bulan-bulanan amarah para pemimpin dunia atas dugaan penyadapan. Tapi, dia meragukan, jika AS akan berhenti menyadap, meski telah memicu kemarahan global.
"Ini sangat tidak menyenangkan ketika Anda memata-matai, yang membuat seorang pemimpin marah. Saya mengerti (perasaan) mereka,” kata Medvedev, seperti dikutip Reuters, Jumat (1/11/2013).
Menurut Medvedev, tindakan memata-matai yang tidak biasa seharusnya tidak dilakukan dengan cara sinis. ”Bisakah situasi menjadi tenang? Saya pikir itu mungkin. Tetapi sejujurnya, tidak ada jaminan akan yang dapat membantu dalam hal ini,” ujarnya.
Dia lantas meragukan AS untuk berhenti melakukan penyadapan yang sudah berlebihan. ”Apa yang bisa Anda (AS) katakan dalam situasi ini? Maaf, kami tidak akan melakukannya lagi atau Kami tidak akan mencoba untuk menyadap lagi. Tak seorang pun akan percaya,” tegasnya, mengacu pada kebijakan penyadapan AS.
Skandal spionase AS dalam skala global terbongkar, setelah whistleblower NSA, Edward Snowden, mebocorkannya. Snowden kini bersembunyi di Rusia, setelah mendapat suaka satu tahun dari Pemerintah Vladimir Putin, pada Agustus 2013 lalu.
Skandal sponase, sebenarnya telah memicu ketegangan hubungan AS dan Rusia selama 2008 hingga 2013. Sebelumnya, Putin pernah mengatakan, bahwa Rusia akan melindungi Snowden, jika dia berhenti mengumbar aib yang memalukan AS. Kendati demikian, Putin dengan tegas menolak permintaan AS untuk mengekstradisi buronan intelijen AS itu.
"Ini sangat tidak menyenangkan ketika Anda memata-matai, yang membuat seorang pemimpin marah. Saya mengerti (perasaan) mereka,” kata Medvedev, seperti dikutip Reuters, Jumat (1/11/2013).
Menurut Medvedev, tindakan memata-matai yang tidak biasa seharusnya tidak dilakukan dengan cara sinis. ”Bisakah situasi menjadi tenang? Saya pikir itu mungkin. Tetapi sejujurnya, tidak ada jaminan akan yang dapat membantu dalam hal ini,” ujarnya.
Dia lantas meragukan AS untuk berhenti melakukan penyadapan yang sudah berlebihan. ”Apa yang bisa Anda (AS) katakan dalam situasi ini? Maaf, kami tidak akan melakukannya lagi atau Kami tidak akan mencoba untuk menyadap lagi. Tak seorang pun akan percaya,” tegasnya, mengacu pada kebijakan penyadapan AS.
Skandal spionase AS dalam skala global terbongkar, setelah whistleblower NSA, Edward Snowden, mebocorkannya. Snowden kini bersembunyi di Rusia, setelah mendapat suaka satu tahun dari Pemerintah Vladimir Putin, pada Agustus 2013 lalu.
Skandal sponase, sebenarnya telah memicu ketegangan hubungan AS dan Rusia selama 2008 hingga 2013. Sebelumnya, Putin pernah mengatakan, bahwa Rusia akan melindungi Snowden, jika dia berhenti mengumbar aib yang memalukan AS. Kendati demikian, Putin dengan tegas menolak permintaan AS untuk mengekstradisi buronan intelijen AS itu.
(mas)